Hari terus berlalu dengan cepat, tak terasa ujian telah selesai. Semua siswa kelas 12 merasa senang. Di hari terakhir ujian, ada yang langsung makan-makan dengan teman sekelas di kantin. Ada yang mandi di kolam renang sekolah, dan masih banyak lagi cara mereka merayakannya.
Sama halnya dengan kelas Reval. Zahra membuat kesepakatan untuk pergi ke pantai sepulang sekolah, namun Reval, Dino dan Vano memutuskan untuk tidak ikut.
"Reval. Kenapa sih lo selalu nolak kalo gue ajak. Oke, mungkin kemarin-kemarin lo nolak karena perginya cuma bareng gue. Tapi kali ini kita pergi sekelas Reval. Ini momen terakhir loh."
Reval menoleh, menatap Zahra malas. "Masih ada prom night kan?"
Setelah mengatakan itu, Reval pergi begitu saja membuat Zahra semakin kesal.
"Udahya, kita bertiga kagak bisa ikut lo pada," ucap Dino melambaikan tangannya pada semua teman kelasnya.
"Kalian emang mau ngapain sih? Sok sibuk banget!" kesal Dini.
Dino menutup mulut Dini dengan telunjuknya. "Eh diem lo, diem. Bacot, bacot."
"Apaan sih Dino!" Dini menepis tangan Dino dengan kasar.
"Kita emang sibuk. Sibuk ngurusin tuan putrinya Reval. Jadi sorry ya, kita enggak ada waktu," sahut Vano sengaja menakan kata "tuan putri" agar Zahra semakin kepanasan.
"Oke, see you di from night bre." Dino memberikan kiss jauh kepada semua teman kelasnya sebelum pergi bersama Vano.
"Tuan putri? Jadi Reval lebih mentingin Bintang daripada acara terakhir kelas kita? Bintang, gue benci sama lo! Gumam Zahra
(***)
Berbeda dengan kelas lainnya, kelas 12 IPA 3 memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Jessica mengajak semua temannya untuk pergi menjenguk Bintang yang sedang sakit parah.
Awalnya semua teman kelasnya terkejut dan hampir tidak percaya Bintang mengidap gagal ginjal, namun setelah dijelaskan oleh Jessica akhirnya semuanya mengerti dan ingin pergi ke sana. Mereka ingin meminta maaf pada Bintang karena telah menyakiti cewek itu.
"Mumu nyesel banget udah ngata-ngatai Bintang anak pungut," rengek Mumu merasa sedih.
Jessica menoleh sembari membereskan semua alat tulisnya kedalam tas.
"Udah Mu, nggak papa. Semua orang pasti pernah berbuat salah."
(***)
Sementara itu di rumah sakit, Bintang kedatangan teman-teman The Vibernya. Mereka kesal karena Bintang menyembunyikan ini dari mereka semua. Mereka tak akan tahu tentang Bintang sekarang jika Rega tak memberitahu semuanya.
"Cepet sembuh ya Bintang. Basecamp sepi nggak ada lo," ucap Egi yang berdiri di sebelah berankar Bintang.
"Yoi, nggak ada yang bisa di ajak nyanyi gak jelas, Ntang. Mau ngajak si Ninda suaranya cempreng." Ido terkekeh mencubit pinggang Budi.
"Cempreng, kayak suara panci jatoh," sahut Budi tertawa.
Bintang ikut tertawa melihat ke recehan temannya itu. Sementara Rega, hanya diam geleng-geleng kepala.
"Weh, udah we. Si Ninda ngeliatin noh."
Semua mata tertuju pada pintu ruangan yang terbuat dari kayu dan sedikit kaca di sebelah kiri. Disana Ninda dan teman-teman yang lain menunggu giliran untuk masuk ke ruangan Bintang.
Mereka kembali tertawa. Memang sereceh itu mereka semua.
Hari ini Bintang benar-benar bahagia. Selain ia telah berhasil mengikuti ujian dengan lancar sampai akhir, ia juga kedatangan teman-teman The Vibernya dan teman sekelasnya setelah itu. Sungguh ia sangat senang. Bahagia memang se sederhana itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (COMPLETED)
Novela JuvenilBEBAS MEMBACA. Cerita ini mengisahkan tentang cewek bernama Bintang, yang menjadi bintang di sekolahnya, karena kepintarannya dan keahliannya dalam hal akademik. Namun sayangnya, ia selalu menjadi buronan BP, dan mendapat julukan sebagai Bad Girl...