BAB 48

451 31 4
                                    

SELAMAT MEMBACA


“Lo punya hutang cerita sama gue,” ucap Reval tiba-tiba sambil menatap mata Bintang. Hingga cewek itu dibuat salah tingkah olehnya.

“I-iya.” Bintang merapikan rambutnya. Ia kemudian membuang muka, memandang bunga-bunga yang tertiup angin dan kemudian mulai bercerita.

“Jadi mereka yang kemarin nyerang gue itu cowok-cowok SMA yang gue serang waktu tawuran kemarin. Karena gue gak sengaja mukul salah satu cewek mereka sampai pingsan. Ya jadinya mereka kesini buat bales dendam sama gue. Gitu.” Bintang menghela nafas kemudian kembali menatap Reval dan mendapati cowok itu tengah memberikan tatapan yang tak bersahabat.

Dasar Reval, tadi saja bikin deg-degan minta ampun karena sikapnya yang manis. Sekarang malah kembali menyeramkan.

“Besok-besok gak usah ikut tawuran!” tegas Reval

“Loh, kenapa?”

“Masih nanya kenpa?”

“Ya kenapa. Seru tau.”

Reval berdecih lalu geleng-geleng kepala. Apakah Bintang sudah tidak waras, sehingga menggap tawuran itu hal yang seru dan menyenangkan. Reval tak habis pikir dengan pola pikir cewek di depannya ini.

“Intinya kemarin yang terahir!" tegas Reval yang terang-terangan melarang Bintang untuk ikut tawuran lagi.

“Gak, gue—“

“Jangan ngelawan selama vidio lo masih sama gue.”

Bintang lagi-lagi hanya mengangguk pasrah mengikuti kemauan cowok ini. Ia tidak bisa melawan jika Reval membawa soal videonya.

(****)

Di dalam kelas, Reval terus-menerus memegangi bahunya yang semakin sakit. Sesekali ia membuat pergerakan seperti memijitnya.

“Val, saran gue mending lo ke tukang pijit dah.” Dino bersuara karena kasihan melihat temannya yang terus-menerus memegang bahunya yang sakit.

“Gue setuju sama Dino. Takutnya salah urat.” Vano ikut bersuara.

“Hm.”

Saat ketiga sahabat itu tengah berbincang, Zahra datang membawa sebuah gitar yang ia dapatkan dari adek kelasnya. Ia lantas memberikan gitar tersebut kepada Reval, dengan tujuan agar Reval bisa mengiringinya saat bernyanyi.

“Val, enaknya kita nyanyi lagu apa, ya?” tanya Zahra sambil mendekatkan dirinya dengan Reval yang masih fokus mengatur jarinya pada senar gitar.

“Terserah.”

“Emm, gimana kalau it’s you?” Zahra menawarkan.

“Hm,” jawab Reval dengan wajah datarnya tanpa banyak pikir. Ia malas berbicara saat ini.

Zahra tersenyum bahagia. Ia kemudian mulai bernyanyi diiringi dengan petikan gitar yang dimainkan oleh Reval.

It’s you
It’s always you
Meet a lot of people but nobody feels like you
So, please dont break my heart
Dont tell me apart
I know how its start
Trust me i’ve been broken before.

(****)

Semilirnya angin malam membuat Bintang yang tengah menatap ribuan bintang di langit malam itu, larut dalam lamunan. Semua hal tentang Reval muncul di kepalanya.

Ucapan cowok itu yang mengatakan suka padanya, perubahan sikap, dan juga perasaan bencinya yang kian hari berubah menjadi ironman. Arghh, bukan.

Suara notifikasi dari ponsel yang ada di sakunya membuyarkan segala bentuk lamunannya. Dengan segera Bintang mengecek ponselnya dan menemukan satu pesan dari nomor tak di kenalnya.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang