"SEMUANYA SIAP NYANYI LAGI?" kata Egi membesarkan volume suaranya. Bintang yang mendengarnya menutup telinga dengan telapak tangan.
"BERISIK!" pekik Bintang, namun tak di hiraukan sama-sekali.
"SIAP!" sahut teman-temannya antusias.
Aku suka bodi goyang mama muda
Mama muda
Da da da da da da da.Bintang semakin geram. Bisa-bisa seteres ia berada di sini. Karena kesal, ia melempar bantal sofa itu ke arah Egi. Dan tepat sekali bantal itu mengenai wajahnya.
"Mampus lo!" ketus Bintang.
Namun bukannya jera, Egi beserta Vira, Ninda dan Mira semakin bersemangat bernyanyi.
Bintang memutar bola matanya malas. Ia lebih baik mengabaikan teman-temannya yang sedang kumat dan fokus pada ponselnya.
Tiba-tiba pintu rumah yang tadinya hanya terbuka kecil kini menjadi terbuka lebar. Ada seseorang yang sengaja membukanya. Dan itu Ido.
Ido datang bersama Budi menenteng kantung kresek besar bewarna merah yang berisi buah-buahan. Serta Ido yang menenteng buah nanas di tangan kirinya dan tangan kanannya yang merangkul beberapa piring pelastik.
"Hei, hei Mama muda. Berisik lo pada!" ucap Ido, yang terlihat rempong dengan kantung belanjaan yang ditentengnya.
Bintang menaruh ponselnya dan membantu kedua temannya yang tampak kewalahan.
"Buah kedondong, buah semangka. Akang akang, mau kemana?" tanya Egi yang sedari tadi memainkan gitarnya.
"Kedondong ndasmu!" sahut Budi ketus.
"Gila. Ita jak lelah-lelah kto-kte meta bahan. Epe jak slow pin tene. Narak jamak be nih," dumel Budi menggunakan bahasa sasak dengan cepat yang membuat teman-temannya melongo.
(Kita capek-capek kesana-kesini nyari bahan. Lo malah santai di sini. Bener-bener ya.)
"Bud, Bud," panggil Ido menepuk bahu Budi. "Ngomong apa sih, lo?"
"Arghh males ah!" Budi merebahkan tubuhnya di atas sofa tempat Bintang tadi.
"Hayoloh, Budi gambek. Ayo Egi minta maaf."
"Aelah baperan banget lo, Bud," sahut Egi. Ia lalu duduk di sebelah Budi, memijat cowok itu. Itulah salah satu upaya yang Egi lakukan agar Budi tidak marah.
"Abis dari mana lo, Do?" tanya Bintang.
"Abis dari pasar, beli buah. Kata Mira mau bikin rujak."
Bintang terkekeh. Bukan apa. Lucu saja jiika membayangkan cowok seperti Ido dan Budi membeli buah di pasar.
"Lo beli buah di pasar?"
"Iya." Ido mengangguk.
"Eh udah sampai juga lo pada," ucap Mira yang juga baru datang dengan kantung belanjaan yang penuh dengan makanan ringan. Di susul Niva yang di belakang.
"Eh, lo berdua juga abis ke pasar?"
"Bukan. Tadi abis ke supermarket. Beli ini," jawab Risa menunjukkan kantung belanjaannya yang peuh.
"Banyak banget. Buat apaan?" Bintang melipat kedua tangan di depan dada. Memandang heran belanjaan teman-temannya itu. Tak seperti biasanya mereka membeli makan sebanyak itu.
"Nanti setelah makan rujak, kita rencananya mau ke pantai. Udah lama juga enggak keluar, kan?" Benar kata Mira. Mereka memang sudah lama tida pergi liburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (COMPLETED)
Teen FictionBEBAS MEMBACA. Cerita ini mengisahkan tentang cewek bernama Bintang, yang menjadi bintang di sekolahnya, karena kepintarannya dan keahliannya dalam hal akademik. Namun sayangnya, ia selalu menjadi buronan BP, dan mendapat julukan sebagai Bad Girl...