BAB 5

1.2K 178 12
                                    


Kegiatan Apel sudah selesai, saatnya Bintang menjalankan tantangan yang diberikan oleh Bu Vina. Untuk pertama kalinya seorang Bintang datang ke sekolah sebelum upacara selesai.


"Jess, jadi bantuin gue gak?" Bintang merangkul pundak Jessica.

"Jadi kok. Ayo cepetan. Nanti keburu masuk kelas," jawab Jessica.

Keduanya lalu pergi memasuki ruang kelas 12 IPA 1, dan menghampiri ketua kelasnya, untuk meminta bantuan. Begitupun dengan semua kelas lainnya.

Setelah selesai dengan semua kelas, Bintang dan Jessica lalu memasuki ruang kelas mereka. Bintang menarik sudut bibirnya, meremehkan.

"Kalo gini kan gue enggak capek. Cuma minta di temen kelas aja, yang lain udah beres," ujar Bintang sambil berkacak pinggang.

(****)

Bel istirahat berbunyi. Sebagian siswa pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Tak jauh berbeda dengan Bintang, ia berjalan bersama Jessica untuk ke kantin.

Namun sebelum itu, ia mengajak Jessica untuk ke taman dekat lapangan basket. Jessica duduk di kursi taman, sedangkan Bintang masih berdiri dangan tangan dilipat di depan dada, sedang menunggu seseorang.

Tak perlu waktu lama, delapan orang datang dengan membawa beberapa kertas serta pas foto, yang kemudian di serahkan kepada Bintang. Mereka adalah ketua kelas yang Bintang suruh untuk mengambil pas foto dan tanda tangan siswa laki-laki di kelas masing-masing.

"Thanks," ucap Bintang memeriksa kertas yang ada di tangannya.

Setelah delapan ketua kelas itu pergi, Bintang memberikan kertas itu kepada Jessica, untuk memeriksanya.

"Gimana?"

Jessica menautkan alisnya. "Kurang dua kelas nih. Punya kelas kita lo udah pegang, kan?"

Bintang berdeham. "Ada di kolong meja."

"Berarti tinggal kelas 12 IPS 2," tutur Jessica.

Bintang memutar bola matanya malas. Ia melihat ke arah jam tangan hitam yang ada pada tangan kirinya.

"Ck, yaudah ke kantin dulu aja lah."

Bintang dan Jessica kemudian berjalan menuju kantin. Mereka lalu duduk di bangku paling pojok sambil menyantap makanan yang telah dipesan.


Di sisi lain, cowok putih bertubuh jangkung dengan kaca mata minus memperhatikan mereka dari ambang kantin dengan beberapa kertas di tangannya.

Cowok itu lalu menghampiri Bintang dan Jessica. "Bintang, Jessica," sapanya senyum.

Jessica menegok ke arah cowok itu dan menampilkan senyuman. "Eh Andra, duduk." Cowok yang bernama Andra itu duduk di depan Bintang.

Andra merapikan kaca matanya. Ia kemudian menyerahkan beberapa kertas dari kelas 12 IPS 2 kepada Bintang.

Bintang meraih kertas itu dan kemudian kembali memberikan Jessica. "Lo cek ya Jess, " ucap Bintang lalu bangun dari duduknya.

Jessica yang masih duduk memeriksa beberapa kertas itu heran melihat Bintang yang tiba-tiba beranjak pergi.

"Loh, Bintang! Lo mau kemana?"

"Kelas," sahut Bintang yang semakin jauh dari tempat Jessica dan Andra.

Sialan si Bintang. Main pergi aja, gumam Jessica cengengesan dan sedikit tak enak hati kepada Andra yang masih duduk termenung di depannya.

"Makasih ya Andra. Gue nyusul Bintang dulu ya, dah," pamit Jessica kemudian berlari mengejar Bintang yang sudah tak terlihat dari kantin.

"Loh, tapi Jes....."

(****)

Bintang berhenti di taman dekat lapangan basket, tepat di bawah pohon besar yang cukup rindang.

Jessica datang dengan ngos-ngosan, keringat mengalir dari pelipisnya. Ia berusaha mengatur napasnya yang masih tak beraturan karena lari tadi.

"Bin-tang. Lo... apa-apaan sih, main pergi aja. Kasian tuh si Andra," ujar Jessica masih dengan napas yang ngos-ngosan.

"Kenapa emang?"

Jessica mendengus kesal, ia begitu kesal dengan sahabatnya itu. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia menemukan seorang sahabat yang tak bisa mengatakan terimakasih dan maaf.

"Gila, lo enggak mau terimakasih gitu? Enggak ada basa-basi banget sih lo!" dumel Jessica kesal.

"Lo kan tau gue enggak bisa basa-basi," balas Bintang enteng, sambil memainkan rumput yang ia duduki.

"Sialan lo. Gak ada ahlak!" ketus Jessica lalu kembali fokus memeriksa kertas yang ia pegang.

Bukannya marah, Bintang malah tertawa mendengar ucapan Jessica yang jelas-jelas mencercanya.

"Loh, Bintang. Perasaan yang dari 12 IPS 2 kurang deh," ujar Jessica menyerahkan kertas itu kepada Bintang.

"Loh, gimana nih si Andra."

"Lo telpon aja Ntang. Biar hari ini selesai. Biar besok kalo lo telat enggak diuber plus dihukum lagi sama Bu Vina," seru Jessica.

"Yaudah." Bintang lalu merogoh saku baju seragamnya dan mengeluarkan ponselnya.

"Hallo Ndra"

"Ha-halo?"

"Kenapa bisa kurang sih datanya? Temen cowok lo kan dua puluh orang? Kenapa lo cuma ngasih delapan belas?"

"Eh iya, Ntang."

"Siapa aja?"

"Reval sama Vano belum."

"Oh yaudah."

Tutt...

Bintang mengakhiri panggilan.

"Cowok sialan, maunya apa sih? Apa beratnya cobak tinggal tanda tangan sama nyerahin pas foto doang!" dumel Bintang kesal sambil menendang pot kecil yang ada di hadapannya.

Jessica mengehela napas berat, lalu berjalan mendekati Bintang. "Emang siapa sih?"

"Mantan lo tuh sama si Viral!"

Jessica diam mencoba untuk mencerna perkataan Bintang tadi. "Si Viral? Nama orang, Ntang?"

Bintang melototkan matanya kearah Jessica. Sungguh, ini waktu yang tidak tepat untuk bercanda. Jessica mundur sedikit menjauh dari hadapan Bintang yang kelihatannya sedang marah.

Jessica mengangkat kedua tangannya sambil cengengesan. "Ampun suhu, punten."

Jangan lupa Vote dan Comment:)

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang