BAB 44

546 35 0
                                    

Bintang duduk di sofa depan ranjangnya. Ia melihat keadaan kakinya yang masih di balut dengan perban.

Mendadak ia senyum sendiri mengingat bagaimana manisnya perlakuan Reval tadi siang kepadanya. Ia bingung kenapa cowok nolep itu tiba-tiba berubah menjadi manis.

“Reval sweet juga, ya orangnya,” gumam Bintang dengan senyuman merekah.

Anehnya, kenapa sekarang rasa benci pada cowok itu sudah hilang, berganti dengan rasa kagum. Kagum akan ketampanan cowok itu juga dengan perlakuannya.

“Dia bisa baik juga ternyata.” Bintang mengelus lembut kakinya.

“Ih kok gue jadi gini sih? Kenapa gue muji-muji dia yang jelas-jelas udah jahat sama gue?”

Mulut Bintang bisa berbohong namun tidak dengan hatinya. Hatinya memberontak jika ia mengatakan Reval adalah musuhnya. Nyatanya Reval sekarang akan menjadi orang sepesial buatnya.

Bintang tersenyum semakin lebar, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan kemudian merebahkan tubuhnya. Rasanya ia sangat bahagia malam ini.

“Bintang,” panggil Rina membuka pintu kamar Bintang.

Refleks Bintang bangun dan menatap kaget Rina yang memandanginya.

Bintang mendengus pelan.

“Ngagetin aja, Ma. Biasanya Mama ngetuk pintu dulu sebelum masuk.”

“Dari tadi Mama ngetuk pintu tapi kamu enggak mau bukain pintu. Dipanggil juga enggak nyaut,” ucap Rina. Ia berkacak pinggang menampilkan wajah kesal. Namun sekesal-kesalnya Rina, ia tak pernah memarahi Bintang.

Bintang sedikit mebuka mulut, lalu cengengesan sambil menggaruk tengkukya yang tak gatal sama sekali.

Benarkah ia sampai tak mendengar suara Rina karena saking asyiknya memikirkan Reval?

“Hehe, maaf Ma.”

“Iya, Mama maafin. Di luar ada teman kamu. Katanya mereka mau ngejenguk kamu.”

“Temen?” Bintang mengernyit.

“Iya. Ayo keluar, enggak baik biarin tamu nunggu lama.”

Bintang mengangguk, ia sedikit merapikan rambutnya kemudian keluar dari kamarnya.

Setelah turun dari tangga kamarnya, Bintang mendapati teman-teman The Vibernya tengah duduk mengobrol di sofa ruang tamu. Ada Mira, Risa, Niva, Ninda, Vira, Budi, Egi, Ido dan... Ya, hanya mereka yang ada di sana. Lalu dimana Rega?

“BINTANG!” sapa semuanya heboh. Mereka lalu memeluk Bintang bergantian.

“Gue mau ikut peluk boleh?” tanya Egi dengan wajah tak berdosanya.

“Peluk Budi aja, lo sono!” ketus Ninda, menoyor kepala Egi.

Mereka berbincang-bincang mengenai Caca yang sudah pindah sekolah, hingga tentang musuh-musuh mereka.

Sambil memakan berbagai camilan dan minuman yang telah di sediakan oleh Rina tadi. Mereka semua tertawa riang, menyalurkan kebahagian satu sama lain.

Inilah The Viber, sebuah geng yang menyatukan berbagai jenis manusia dari berbagai sekolah.

Bintang terlihat begitu bahagia, ya walaupun Rega tidak ikut datang menjenguknya malam ini. Tapi setidaknya Rega menjadi orang pertama yang menolongnya dan juga yang telah meminjamkan pundaknya untuk Bintang. Menjadi pendengar semua keluuh kesah Bintang yang selama ini disimpannya seorang diri.

“Permisi.”

Semua mata menuju ke sumber suara.

Seorang cowok bertubuh tegap yang dibalut sweter putih polos berdiri sambil menenteng kantung belanjaan yang penuh dengan snacks serta eskrim.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang