BAB 19

717 45 2
                                    

“Itu ada apa? Kok rame?” Zahra menoleh ke arah Reval. Yang di tanya hanya diam dengan pandangan yang tak lepas dari kerumunan siswa itu.

Zahra lalu berjalan mendekati keramaian, disusul oleh Reval di belakangnya. Ia melihat seorang cewek yang tersungkur di lantai tanpa ada satu pun yang menolong.

Ia berjongkok,  membantu cewek itu. Sedangkan Reval, ia masih berdiri mematung.

“Bintang, lo apa-apaan sih?” tanya Zahra kesal.

“Eh Zahra, mending lo enggak usah ikut campur. Ini urusan Bintang sama tuh cewek!” timpal Jessica sambil menunjuk cewek itu dengan tangan kirinya.

“Gimana gue mau diem, kalau kalian udah keterlaluan gini. Sampai main dorong segala,” oceh Zahra berusaha membela adik kelasnya.

Bintang masih diam melipat kedua tangannya di depan dada. Ia masih memberikan kesempatan untuk Jessica membalas omongan cewek itu.

Baginya, Zahra bukanlah tandingan yang cocok untuknya. Jadi untuk apa ia menghabiskan tenaga untuk adu mulut, kalau Jessica masih bisa melawannya.

“Aduh...” Tiba-tiba seseorang menjambak rambut Jessica dari belakang.

Bintang menoleh ke arah cewek itu. Ternyata itu adalah Ela— sahabat Zahra. Cewek itu tanpa ragu menarik rambut Jessica, hingga beberapa helai jatuh ke lantai.

Bintang tak tinggal diam. Ia membantu Jessica melepaskan rambutnya dari tangan cewek itu.

Setelah rambut Jessica sudah tak di tarik lagi, tanpa segan-segan Bintang melayangkan tamparannya pada kedua pipi Ela secara bergantian.

Ela menunduk malu dan kesakitan memegangi kedua pipinya yang terasa terbakar akibat tamparan Bintang.

“Udah, stop! Kalian gak ada malunya apa berantem di sekolah? Kalian udah kelas 12. Sepatutnya jadi contoh!” ujar salah satu anak OSIS yang datang untuk menengahi.

“Kak Bintang. Lo bisa gak sih, sekali aja gak buat masalah? Lo enggak usah pake main fisik segala. Semua juga tahu kalau lo jago bela diri, tapi enggak lo pake di sekolah juga. Lo cewek, bisa lembut dikit gak sih,kayak  Kak Zahra?”

Mendengar ucapan anak OSIS yang membandingkan dirinya dengan Zahra, membuat Bintang terbakar api emosi. Bintang adalah tipe cewek yang paling tidak suka di banding-bandingkan.

Bintang tersenyum kecut.  “Lo gak perlu nasehati gue, dan nyuruh gue bersifat lembut kayak Zahra. Gue lebih baik dijelek-jelekin sama orang daripada di puji, tapi palsu!” sindir Bintang menatap Zahra.

“Lagian Zahra cuman pencitraan aja. Belum tau kalian sifat aslinya kayak gimana,” beber Bintang dan membuat Zahra memanas.

“Jaga omongan lo Bintang!” Zahra berdiri berhadapan dengan Bintang yang wajahnya begitu tenang. Jauh berbeda dengan dirinya.

“Kenapa? Emang bener kan?” Zahra hendak melayangkan sebuah tamparan pada Bintang, namun ia urungkan. Ia masih menjaga wibawa dan nama baiknya walaupun ia hanya mantan ketua OSIS.

Bintang tersenyum masam. Ia lalu mengambil sebuah minuman cup bewarna merah dari tangan salah satu siswa.

Tanpa ragu Bintang menyiramkan minuman itu ke arah wajah Zahra. Sontak semua siswa berteriak kaget.

“Bintang!” ketus Ela geram.

“Apa? Mau gue tampar lagi? Pipi lo masih kuat, huh?” sergah Bintang mengejek Ela yang masih memegangi kedua pipinya.

Bintang lalu mengeluarkan uang 50 ribuan dan memberikannya pada siswa yang minumannya ia ambil.
“Nih ganti minuman lo. Ambil aja semuanya.”

Setelah itu, Bintang memutuskan untuk pergi meninggalkan kantin bersama Jessica.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang