BAB 33

510 35 0
                                    

Cuaca sangat terik hari ini, hingga membuat banyak siswa tampak tidak semangat dalam belajar. Padahal sebentar lagi bel pulang akan berbunyi.

Sama halnya dengan kelas ter uptodet ini. Kelas 12 IPS 2 yang biasanya ribut bukan main ketika mendekati akhir KBM, mendadak sepi dan sunyi. Hanya ada suara decitan bangku dan sedikit dengusan.

Cuaca yang sangat panas membuat mereka malas untuk bergerak. Jangankan bergerak, untuk berbicara saja mereka tak mampu. Hanya dengusan yang keluar dari mulut mereka.

Dino yang biasanya paling rame dan ricuh dengan semangat 45nya untuk pulang, kini terggulai lemas. Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja, dengan sebelah tangan sebagai tumpuannya. Sedangkan sebelahnya lagi sibuk mengarahkan kipas angin mini berbentuk hello kitty dengan warna pink, yang entah ia dapatkan dari mana.

Lain Dino, lain juga Reval. Cowok bertubuh tegap, dengan wajah yang nyaris tak ada kekurangan itu, tetap santai dan biasa saja. Ia bersikap stay cool. Di tambah lagi dengan dua kancing baju bagian atas yang sengaja di buka hingga menampilkan baju kaos hitamnya, membuatnya tampak semakin sempurna.

Bahkan tak jarang pula, cewek-cewek teman kelasnya curi-curi pandang dan menatap takjub.

Di sebelahnya, Vano juga tampak stay cool. Namun bedanya, semua kancing seragamnya terbuka dan menampilkan baju kaos bewarna putih.

Suntet! Ini belnya rusak apa gimana? Bunyinya lama bener,” dumel Dino di belakang.

(suntet: Sumpret)

Cowok dengan baju seragam yang masih mulus alias tanpa bet apapun itu, mendengus kesal.

Kenapa saat seperti ini, bel tanda pulang tak kunjung berbunyi. Dan jam pun seakan berputar lambat.

Dino kini bangkit, ia duduk tegak. Di dorongnya bangku tempat Vano duduk dari belakang. Hingga membuat sang empu jengkel.

Vano pun menoleh ke belakang, mendapati Dino yang memasang wajah seperti ingin di tabok. Kalau saja di depan sedang tidak ada guru, sudah di tonjoknya cowok ini.

“Apaan sih? Gak bisa diem banget tangan lo!" kesal Vano. Ia sangat malas saat ini. Cuaca panas, dan otaknya pun ikut-ikutan panas akibat ulah salah satu temannya ini.

“Jangan bikin gue tambah panas.”

“Ck, apaan dah. Gak seru lo!” kata Dino memonyongkan mulutnya. Ia lalu beralih kepada Reval. Seperti yang ia lakukan pada Vano. Di dorongnya bangku cowok itu hingga Reval menoleh.

“Kenapa?” tanya Reval tetap datar dan dingin.

“Yaelah cuaca panas gini masih aja dingin. Enggak mencair lo?” Dino bermaksud menyindir sikap Reval yang selalu dingin dan tak berubah. Mau di musim hujan maupun musim panas.

“Cepet, kenapa?”

“Gini, Val. Kok bel belum bunyi, ya? Apa jangan-jangan Pak Yono ketiduran, ya. Makanya lupa bunyiin bel,” kata Dino yang sangat tak penting dan berfaedah.

“Terus?”

“Apa gue ijin aja kali, ya, buat ke kantor bangunin Pak Yono. Biar di bunyiin belnya.” Argh, dasar Dino! Memang ada saja kelakuannya, supaya bisa pulang cepat.

“Terserah,” sahut Reval singkat, padat, dan jelas. Ia lalu kembali menghadap depan.

(*****)

Keadaan sama juga di rasakan oleh kelas 12 IPA 3. Cuaca yang sangat panas membuat otak mereka ngeblank seketika. Apalagi jam terahir adalah jam mate-matika wajib yang mengharuskan mereka untuk berhitung.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang