BAB 2

1.9K 225 28
                                    

Bintang mengetuk pintu ruang kelasnya. Ia melihat Pak Hendri tengah mengabsen siswa yang ada di ruangan tersebut.

Bintang menghela nafas lega. "Sukur belum mulai."

Ia lalu memasuki ruang kelas dan duduk di bangkunya. Jessica teman duduk sekaligus sahabatnya menepuk dahi frustrasi.

"Telat lagi, Ntang?"

"Silahkan lihat contoh soalnya pada lks halaman 23," titah Pak Hendri.

Cara mengajar Pak Hendri sering kali membuat siswanya bingung. Pasalnya, ia akan menyuruh siswanya untuk mempelajari contoh soal selama beberapa menit. Setelah itu, ia meminta siswa maju untuk mengerjakan soal, tanpa di jelaskan sedikit pun.

Bintang menaikkan alisnya, sambil tangannya membuka halaman demi halaman buku yang bertuliskan Fisika itu.

"Lo enggak bosen apa telat mulu tiap hari?" tambah Jessica berbisik agar tak ketahuan oleh Pak Hendri.

Bintang memutar kedua bola matanya malas, ia begitu kesal dengan Jessica. Pasalnya cerewetnya Jessica melebihi Bu Vina, guru BP yang selalu ditemuinya setiap pagi.

"Lo bisa diem gak, sih? Lama-lama kayak Bu Vina, deh!" ketus Bintang

"Tapi, Ntang..."

"Sudah paham?" ucap Pak Hendri tiba-tiba, yang kemudian membuat Bintang dan Jessica tersentak.

"Paham," jawab Bintang refleks.

Jessica menatap kearah Bintang. Ia heran, kenapa Bintang bisa-bisanya mengatakan paham, padahal tak sedikitpun ia memperhatikan.

"Ayo Bintang silahkan maju. Jawab soal ini."

Jessica membulatkan matanya, ia menyenggol lengan Bintang. "Emang lo paham?" tanya Jessica, yang ragu akan kemampuan sahabatnya itu.

"Gampang."

Bintang lalu maju kedepan. Ia mengerjakan soal yang ada di papan dengan mudah. Setelah itu, ia kembali duduk di kursinya.

"Ya, benar. Bagus Bintang. Ada yang mau ditanyakan sebelum lanjut?"

Jessica terbelak heran menatap Bintang. Sungguh, ia benar benar tak menyangka kalau Bintang akan menjawab soal yang begitu ribet, dengan mudah.

"Lo titisan Einstein, ya, Ntang? Heran deh gue, dari kelas 10 lo kok jago banget yang beginian."

(****)

Bintang berjalan menuju kantin bersama Jessica. Namun di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan 2 cowok, yang salah satunya adalah cowok yang hampir Bintang tabrak tadi pagi.

Bintang memandang cowok itu, tak lama kemudian memutuskan pandangannya lalu pergi meninggalkan keduanya.

"Lo ada apa sama Bintang? " tanya Vano kepo.

Reval diam tanpa ekspresi, lalu berjalan mendahului Vano. Vano memutar bola matanya, kemudian ikut pergi menyusul temannya itu.

(****)

Di sisi lain, Bintang duduk di kursi kantin sambil meneguk sebotol air mineral yang ia beli. Jessica pun begitu.

"Bintang, lo ada apaan sama Reval?"

Bintang menautkan alisnya, dan menengok ke arah Jessica. "Reval siapa?"

"Ih, cowok yang tadi!" jawab Jessica geregetan.

"Oh namanya Reval. Kelas berapa sih, dia? Kok gue enggak pernah liat. Asing gitu wajahnya."

"Gimana lo mau liat dia, lo aja enggak pernah ke perpus. Tiap jam istirahat kedua lo tidur di aula. Makanya lo berubah dong!" dumel jessica kepada sahabatnya itu.

Jessica tak pernah alpa menasihati Bintang agar tidak nakal. Namun apa boleh buat, Bintang orang yang susah diatur.

Bintang juga pernah menyuruh Jessica untuk berhenti menjadi temannya, karena ia tak mau Jessica ikut menjadi nakal seperti dirinya. Namun Jessica menolak. Bagaimanapun sifat Bintang, ia akan tetap menjadi sahabat Jessica.

"Namanya Reval, kelas 12 Ips 2. Dia orangnya jarang keluar kelas, sekalinya keluar dia cuma main di perpus. Kantin juga sih, tapi agak jarang. Banyak banget cewek yang suka sama dia. Gue tau dia dari Vano," tambah Jessica.

"Vano mantan lo?

"Iya." Jessica mengangguk.

(****)

"Bu Sri tidak dapat masuk hari ini, jadi beliau menitipkan tugas untuk kalian. Tolong dikerjakan. Satu lagi, jangan sampai ada yang keluar kelas!" jelas Bu Vina, kepada semua siswa 12 IPA 3.

Karena hari ini Bu Sri, guru mata pelajaran Kimia tidak masuk, akhirnya Bintang lebih memilih untuk pergi ke aula sekolah, agar ia dapat melaksanakan kewajibannya dengan tenang, yaitu tidur.

"Bintang, lo mau kemana?"

"Biasa, gedung basarnas," jawab Bintang santai.

Gedung basarnas yang ia maksud adalah aula sekolah. Bintang menyebutnya begitu karena warna dinding aula berwarna oranye yang mirip dengan baju para tim basarnas.

"Tapi kan tugas lo belum jadi."

"Udah santai aja. Lo diem di sini. Enggak usah ikut gue!" tegas Bintang seraya pergi meninggalkan kelas.


Saat tiba di aula, Bintang langsung menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ada di sana. Ia menutupi telinganya dengan headphone dan memejamkan mata. Merdunya lantunan lagu 10.000 hours yang di bawakan justin bieber, memaksa bibir tipis bintang untuk ikut bernyanyi.

When you close your eyes, tell me, what are you dreamin'?
Everything, I wanna know it all
I'd spend ten thousand hours and ten thousand more
Oh, if that's what it takes to learn that sweet heart of yours.

Saat tengah asik bernyanyi, seorang cowok berdehem yang membuatnya membuka mata. Bintang menatap sinis cowok itu, ia lalu membuka headphone nya dan menaruhnya di leher.

"Mau ngapain lo disini?"

Cowok itu diam, ia malah duduk di samping Bintang, dan menghadap depan, memejamkan matanya sekejap dan kembali membukanya.

"Bolos?"

Bintang menautkan alisnya. "Bukan urusan lo! Lagian lo ngapain di sini?"

Cowok yang bernama Reval itu tak sedikitpun menampilkan senyuman. Ekspresinya begitu datar, tak bisa di baca oleh Bintang.

Bintang menghela napas berat. "Bisa gak sih, muka lo gak flat gitu?" kata Bintang dengan pandangan yang tak lepas dari cowok di sampingnya.

Reval diam sebentar, menatap Bintang lekat-lekat, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bintang yang kesal sendiri.

"Dasar bisu!" umpat Bintang, ketika Reval sudah tak ada di sana.

Jangan lupa vote dan comment ya^^
Salam dari Bintang:)

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang