BAB 27

532 36 0
                                    


"ALLAHUAKBAR!” pekik Bintang bangun dari tidurnya. Sontak semua temannya menjadi diam seketika karena kaget dengan suara Bintang yang begitu keras.

Begitupun Jessica yang tengah berada di sampingnya dengan Vano. Karena kelasnya sedang kosong, jadilah Vano berada di ruang kelas 12 ipa 3 untuk menemui mantan terindahnya.

“Allah maha besar,” sahut Jessica membuat Bintang menoleh.

Nafas Bintang masih tak teratur. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Sukur, itu hanya mimpi.

“Gue terharu banget, Ntang. Bangun tidur lo langsung takbiran,” ungkap Jessica memasang wajah terharu.

Bintang tak mengubris temannya itu. Yang terpenting sekarang ia harus mencari cara agar videonya itu bisa dihapus dan ia bisa bersekolah tanpa beban lagi. Ia tak mau sampai terbawa mimpi lagi.

“Sukur cuma mimpi, gila,” dengus Bintang lega, sambil memegangi dahinya.

Ia lalu memilih keluar kelas, sebab sepuluh menit lagi bel tanda jam istirahat pertama akan berbunyi. Jadi sudah tak mungkin guru mata pelajaran akan datang.

Ia berjalan mondar-mandir di depan kelas berusaha mencari ide. Bisa saja ia minta tolong kepada Vano, namun saat ini ia sedang tidak mood berbicara dengan cowok yang sedang berada di dalam kelas bersama Jessica itu.

Dan jika ia minta tolong kepada Dino, kalian sudah tahu jawabannya. Pasti cowok yang kelewat waras itu akan meminta imbalan yang aneh. Menjadikan Bintang pacar, contohnya.

Disaat yang tepat, ia melihat tiga cowok dari kelas 12 ipa 1 lewat. Sontak ia memanggil ketiga cowok itu.

“Ali, Boim, Dwan, sini,” panggil Bintang.

Ketiga cowok itu menoleh lalu datang menghampirinya.

“Kenapa, Bin?” tanya Boim.

Bintang menatap cowok itu sinis. “Bin, Bin, Bin. Lo kira gue Mr. Bean!”
Ketiga cowok itu tertawa. Bintang kembali memasang wajah serius.

“Gue mau lo bertiga bantuin gue.”

“Bantuin apa?” jawab ketiganya kompak.

Bintang menyuruh ketiga cowok itu untuk lebih mendekat. Ia kemudian menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Ali, Boim dan Dwan.

Setelah selesai menjelaskan, mereka lalu mengangguk.

“Bisa, kan?” tanya Bintang memastikan.

“Bisa,” jawab Ali dan Boim bersamaan. Namun tidak dengan Dwan. Cowok itu masih berpikir seperti menimang-nimang apakah ia harus bersedia atau tidak.

Ali dan Boim menoleh kearah Dwan, begitu juga dengan Bintang.

“Sttt, woy Dwan,” panggil Ali.

Dwan menoleh. “Apa?”

“Kenapa lo nggak jawab?”

Dwan memandang Bintang serius. Sepertinya ada yang ingin ia katakan.

“Kalau kita berhasil, imbalannya apa?”

Bintang memutar bola matanya malas. Sudah ia duga kemana arah pembicaraan Dwan.

“Nanti gue bayar.”

Dwan tersenyum puas. “Good, tapi DP dulu dong.”

What! Bintang melototkan matanya. Bagaimana bisa ia berteman dengan cowok mata duit seperti Dwan. Sungguh ia merasa sekolah ini lama-lama di isi oleh orang-orang yang aneh.

“Lo kira gue mau pesen ketring apa, pakai dp?”

“Yaudah, enggak ada dp enggak jalan,” sahut Dwan.

Bintang merogoh saku seragamnya mengeluarkan uang limapuluh ribu.
“Nih dp. Kalo berhasil, nanti gue tambah,” tukas Bintang.

Dwan tersenyum puas. Ia beserta kedua temannya lalu pamit kepada Bintang untuk menuju kantin membeli kolak kuah pinky baby buatan mpok Mitay. Menu baru buatan mpok Mitay itu memang sangat fenomenal, terlebih saat Dino mengeshere poto kolak itu ke gerup angkatan.

SEMETON SMALITA

Lalu Dino:
Mari teman-temanku sengkatan. Mampir ke kantin dan temui Mpok Mitay tay tay taylorswift! Ada menu baru yang diberi nama, Kolak Kuah Pinky Baby. Kolak ini dapat menimbulkan efek  feeling good, setelah memakannya. Jadi tunggu apalagi, ayo buruan serbu kolak kuah yang bombastis dan spektakuler ini! INGAT YA, HANYA DI MPOK MITAY, YANG MIRIP TARLORSWIFT!

(****)

Reval kebetulan tengah berada di kantin bersama Dino sejak bel baru berbunyi. Ia terlihat santai memakan makanan yang sudah di pesannya tadi. Sedangkan di sebelah, Dino sangat lahap memakan bakso dan kolak kuah pinky baby.

Ia merasa tenang karena tidak ada yang mengganggunya hari ini, tidak seperti biasanya.

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama, ketika seorang cowok datang menghampirinya dan ikut bergabung
.
“Hi Val,” sapa cowok itu.

“Kenapa?” sahut Reval cuek. Respon Reval memang tak pernah berubah. Baik itu cowok ataupun cewek, jika ia tak terlalu akrab, ia akan selalu bersifat cuek dan dingin.

“Gue boleh minta nomer telpon lo, gak?”

Reval menatapnya sinis. Sedangkan Dino tersedak kuah bakso yang ia makan. Ia mengusap mulutnya dengan punggung tangan.

“Ngapain lo minta nomer Reval? Mau lo pacarin?” sahut Dino mulai ngasal. Matanya melotot tanda curiga.

“Ya enggaklah. Biar bisa—“

“Di gerup angkatan kan ada,” tambah Dino. Cowok itu kembali memakan baksonya.

“Kalau ada, gue nggak bakalan minta, Dino.”

Memang benar, Reval tak ikut dalam gerup apapun di sosial medianya. Ia hanya ikut dalam dua gerup. Yang pertama gerup keluarga, dan kedua gerup tidak jelas yang dibuat oleh Dino, yang isinya hanya review makanan.

“Emang lo enggak gabung, Bro?” tanya Dino yang baru menyadari.

“Hm.”

“Yaudah, jadi gue bisa minta, kan?” ucap cowok itu memastikan.

Reval mengerutkan dahi. Sbenarnya untuk apa cowok ini meminta nomornya. Cukup aneh.

“Enggak boleh!” sahut Dino berkacak pinggang.

“Kok lo yang nyahut, sih?” kesal cowok itu. ia berbicara dengan Reval, namun kenapa selalu Dino yang menyahut.

“Kenapa emangnya, nggak suka lo?”

“Possesive banget, sih, lo!”

Reval hanya bisa diam geleng-geleng kepala. Ia tak mengerti tujuan cowok tadi meminta nomornya. Bahkan setelah cowok itu pergi, dua cowok lainnya menghampirinya dengan tujuan yang sama. ANEH!”

Note:
Maaf ya, baru bisa update. Semoga masih mau nunggu chapter selanjutnya. Tampiasih:)

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang