BAB 10

1K 128 10
                                    

Sebuah motor Xride terparkir di depan sebuah rumah minimalis yang di sebut sebagai basecamp oleh para The Viber.

Bintang melepaskan helm yang menutupi kepalanya, kemudian menaruhnya pada spion kanan.

Ketika masuk kedalam rumah, ia telah mendapati teman-temannya yang saling membuang muka, sedangkan Ninda yang masih tertawa.

"Kenapa?" tanya Bintang dingin sambil berjalan lalu duduk di sebelah Niva. Bintang menaikkan sebelah alisnya sebagai bahasa isyarat ke arah Niva.

"Tau tuh si Ninda." Niva menaikkan kedua bahunya.

"Ninda, Nin .... Ninda!" Panggil Bintang sambil memukul meja yang ada di depannya. Ninda yang semulanya tak bisa berhenti tertawa tiba-tiba langsung terdiam.

"Udahlah, to the point aja!" Bintang menaikkan kaki kirinya ke atas kaki kanannya, lalu bersandar di sofa dengan kedua tangan sebagai penyangga kepalanya.

Suasana menjadi tegang ketika Risa mulai berbicara dengan serius. Ia menjelaskan maksud dan tujuannya untuk mengundang temannya itu ke basecamp.

"Pipi lo kenapa? Lo abis berantem?"

"Iya, kok kayak abis dicakar?"

"Siapa yang nyakar lo? Bilang sama gue!"

"Iya, bilang, nanti kita urus!" Teman-temannya begitu perhatian dan khawatir terhadap kondisinya. Ia bersukur mempunyai teman seperti mereka walaupun sedikit brengsek.

Bintang menggeleng. "Santai aja. Lagian cuma cakaran aja."

Mereka lalu kembali terdiam, sebelum akhirnya Risa memulai pembicaraan.

"Kalian tau Mia, kan? Anak SMA Padri yang sering ikut balap liar itu?" tanya Risa serius lalu dibalas anggukan oleh semua temannya.

"Kemarin gue ketemu dia sama gerombolannya di jalan Pangestu depan kafe tempat kita biasa nongkrong. Dia nantangin gue, lebih tepatnya The Viber," ujar Risa sambil menatap satu persatu temannya yang sedang serius mendengarkan.

"Trus?" Bintang memejamkan matanya, namun ia masih tetap serius mendengar.

"Jangan bilang lo terima?" tanya Mira mengintimidasi. Ia menatap serius Risa.

Di saat teman yang lain begitu serius mendengarkan ucapan Risa, lain halnya dengan Ninda. Ia menyeruput es dawet yang ia beli tadi.

"Seger jamak eneman ne, elen idap atengku." ucapnya menggunakan bahasa Sasak. 

(Minuman ini seger banget, hati gue jadi adem).

Mira menatap Ninda yang tengah asik meminum es dawetnya. Ia lalu megambil jaket yang ada di dekatnya, lalu melemparkannya ke arah Ninda.

"Ealah anjing buldog kena setan!" umpat Ninda refleks sampai menjatuhkan mangkuk es dawet yang ia pegang.

"Lo kalo ngomong bisa sopan dikit gak sih?!" ketus Mira.

"Knampe na kenak doang ke endah basampe? Sialan!" (Lo kira bahasa lo paling bener?)

Melihat cekcok antara kedua temannya itu membuat Bintang harus turun tangan menanganinya.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang