BAB 42

518 36 6
                                    

Tak jauh dari sana, Reval, Dino dan Vano yang tengah beristirahat, melihat keributan itu.

Tak satupun dari mereka berbicara, karena Reval dan Vano masih bertahan pada ego masing-masing.

Hingga akhirnya Dino yang berbicara.

“Lihat Bintang berantem berasa nonton MMA,” ucap Dino ngasal. “Pro banget mainnya,” sambungnya lagi.

Sementara itu Reval dan Vano diam tak bersuara.

Bintang geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan tiga cewek di hadapannya ini. Kenapa ketiganya sangat senang mencari masalah padanya, padahal ujung-ujungnya mereka akan kalah juga.

“Apa lo? Gak suka, huh?!” Ela mulai mencari celah untuk menjambak Bintang. Namun Bintang menghindar dengan cara mundur.

Karena kesabarannya sudah habis, Bintang mendorong Ela hingga jatuh tersungkur ke tanah.

Melihat itu, semua siswa berkumpul mengelilingi mereka, termasuk Reval, Vano dan Dino.

Keadaan menjadi ricuh seketika. Tiga lawan satu.

Bintang tetap bertahan hingga ia tak sengaja menarik lengan kaos Zahra sampai robek dan menampilkan tali branya yang bewarna pink.

“ANJIR PINK!”

“BUSET.”

“WAH GILA SIH.”

“YES BONUS. MAKASIH BOS BINTANG.”

Ya seperti itulah kata-kata yang keluar dari mulut para cowok-cowok omes yang melihat penampakan yang begitu indah dan memanjakan mata.

“VANO, VANO LIHAT!” Dino ikut-ikutan heboh. “Kira-kira LD nya zahra berapa tuh?”

Zahra menangis karena saking malunya, ia menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi tubuhnya.

Keadaan menjadi hening. Bintang tak bermaksud untuk merobek kaos Zahra, ia tak sengaja.

Tiba-tiba Reval datang menutupi tubuh Zahra dengan jaketnya kemudian merangkul cewek itu dan menenangkannya.

Zahra semakin terisak, ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Reval.

Bintang yang melihatnya menjadi syok seketika.

Apa-apaan ini?

Tanpa berucap sepatah katapun, Reval pergi membawa Zahra yang masih terisak, menjauh dari kerumunan. Ela dan Dini juga ikut pergi menyusul sang teman.

Vano dan Dino lebih memilih untuk menghampiri Bintang. Terdapat luka gores di dahi Bintang akibat kuku tajam milik Zahra.

“Lo enggak papa, Ntang?” Vano melihat Bintang yang masih diam.

“Jidat lo luka Bintang. Ayo calon imammu obati,” ucap Dino yang masih sempatnya menggombal.

“BINTANG!” Jessica berlari melewati kerumunan untuk menemui sang sahabat, bersama Mumun yang ada di belakang.

“Bintang lo enggak papa?” tanya Jessica khawatir.

“Enggak papa, Jess. Biasa aja,” dusta Bintang. Mustahil jika ia baik-baik saja. Kakinya sekarang terasa perih dan nyeri. Entah sudah berapa jumlah paku yang menancap. Bahkan untuk saat ini hatinya juga ikut terasa perih. Ia tak tahu mengapa.

“Yaudah ayo ke parkiran. Kita istirahat di sana aja, ya.” Jessica menarik lengan Bintang.

“Mun bawa kardus airnya.” Mumun mengangguk.

“Jess, papah gue bisa gak?” ucap Bintang sedikit ragu.

“Loh kenapa emangnya? Kaki lo sakit?”

“Enggak sih, cuma pegel aja,” jawabnya lagi-lagi bohong.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang