BAB 9

1K 140 10
                                    

BASECAMP

Bintang diam di depan pintu rumahnya. Ia kembali teringat dengan cowok yang hampir menamparnya tadi.

Erik. Ya, nama cowok itu adalah Erik. Teman masa kecilnya yang sudah lama tak bertemu.

"Jadi Erik pacaran sama Dini." Bintang mengangguk sendiri.

Bintang kemudian membuka pintu rumah yang di dominasi dengan cat bewarna putih itu. Seperti biasa, ia hanya di sambut oleh Mamanya.

Rina menaruh ipad yang ia pegang ke atas meja. Ia menampilkan senyum manisnya kepada Bintang yang nampak lesu pulang sekolah.

"Ayo duduk Bintang. Mama baru aja beliin pizza kesukaan kamu," ujar Rina sambil merangkul Bintang yang masih dengan wajah lesunya.

Bintang membuang napas berat. Ia memperhatikan dua kotak pizza yang ada di atas meja, lalu beralih ke arah Rina yang masih melihatnya dengan senyuman yang begitu tulus.

"Kamu kenapa, Bintang? Pipi kamu kok kayak habis dicakar. Siapa yang ngelakuin ini sama kamu?"

Bintang menggeleng lalu ikut tersenyum. Ia kemudian membuka sekotak pizza dan mengambil sepotong. Bintang mengarahkan potongan pizza itu ke arah Rina dan menyuapinya.

"Bintang, ngapain suapin Mama, Bintang aja yang makan," ucap Rina disela kunyahannya.

Bintang turun dari sofa yang ia duduki, lalu menunduk di depan Rina. Ia memegang kedua tangan Rina lalu menciumnya.

"Ma. Maafin Bintang ya," ucap Bintang yang membuat Rina tersenyum heran.

Entah ini adalah kesekian kalinya Bintang meminta maaf kepada Rina. Jika ada waktu luang antara keduanya, Bintang selalu sempatkan meminta maaf. Walaupun Rina juga tidak tahu maksud dari permintaan maaf Bintang.

"Bintang, Mama udah maafin kamu." Rina membantu membangunkan Bintang yang masih berjongkok di hadapannya. Ia mengelus lembut pundak Bintang.

Bintang tersenyum lalu memeluk tubuh Mamanya itu. Inilah sisi lembut Bintang yang tak diketahui oleh banyak orang bahkan sahabatnya sendiri pun. Sifat lembutnya hanya ia tujukan untuk keluarganya.

¤¤¤¤

"Bintang mana sih? Kok lama banget," ucap Ninda sambil mengotak-ngatik ponselnya. Menunggu balasan pesan dari sang ketua.

Ketika ponselnya bergetar, dengan segera Ninda membukanya yang ternyata itu adalah balasan pesan dari Bintang.

_______________________________
Bintang : Dimana?

Ninda : Basecamp

Ninda : Lo dimana?

Bintang : Gue mau jalan, tunggu.

Ninda : Okey, kita tunggu.
___________________________________

Setelah membalas pesan dari sang ketua, Ninda kemudian mematikan ponselnya lalu memasukkannya ke saku jeans hitam yang ia kenakan.

Ninda duduk di sebelah Vira yang asik memainkan game moba. Sedangakan Risa dan Niva yang di depannya tengah sibuk membuat boomerang dan Mira yang sedang telponan dengan cowoknya.

Karena kesal dengan tingkah temannya yang asik sendiri dengan ponsel masing-masing, muncul ide jahil di otak Ninda.

Ninda melemaskan tubuhnya lalu jatuh tersungkur yang membuat teman-temannya panik seketika.

Vira yang tadinya asik bermain game, refleks melempar ponselnya, begitupun dengan Risa Niva dan Mira. Mereka duduk sambil menggoyangkan pundak Ninda agar sadar.

"Aduh ... Ninda bangun lo. Jangan gini dong," ucap Vira panik menepuk pipi chubby milik Ninda.

"Eh tolol! Lo pada ngapain bengong? Ambil minyak kayu putih kek!" cetus Mira memarahi teman-temannya saking paniknya.

Dengan cepat Risa meraih kotak P3K lalu mengambil minyak kayu putih. Ia menuangkan benda tersebut ke tangannya lalu menggosokkannya kebagian bawah hidung Ninda.

"Noh lu gosok tuh di bawah hidungnya si Ninda!"

Ninda yang sadar hidungnya sudah mulai panas akibat minyak kayu putih yang terlalu banyak, lalu memutuskan untuk bangun.

"Ninda, lo udah sadar?"

"Sukur lo udah sadar."

"Lo kenapa tadi?"

Melihat ekspresi khawatir teman-temannya, Ninda kembali mengerjai mereka dengan pura-pura kesurupan.

Ninda tertawa terbahak-bahak dengan tatapan mengerikan. Sontak satu persatu temannya melangkah mundur.

"Si Ninda keresupan!" pekik Vira yang takut melihat ekspresi wajah mengerikan Ninda.

"Kesurupan bodoh! Setan mana yang nyempil di sini, aduh," ringis Mira yang juga takut. Sementara itu Risa bengong sambil memeluk bantal sofa.

Setelah puas tertawa Ninda tiba-tiba berteriak dan mengamuk, membanting semua benda yang ada di dekatnya.

"ARGH! KALIAN SEMUA JELEK. HAHAHA! JELEK! " Ninda menggerakkan tubuhnya dan matanya persis seperti orang kesurupan.

Masalah ekting dan prank, Ninda memang juaranya. Ia bahkan kerap di sebut artis The Viber yang hidupnya tak bisa lepas dari drama.

"Setan! Mau diapain nih si Ninda? Mana setannya bodyshaming lagi!" ketus Mira yang beridiri paling jauh di belakang dari teman-temannya.

"Iya gak sopan banget tu setan!" umpat Vira kesal.

Mira melihat sekitarnya. Ia baru sadar kalau ia berada paling belakang diantara teman-temannya.

"Weh gue takut jadi paling belakang."

"Berisik lo setan."

"Lo pada ngapain di belakang gue?" bisik Risa gemetaran.

Vira dan Mira cengengesan. "Kita takut hehe," jawab mereka kompak.

¤¤¤¤

Bintang mengambil hoddie putihnya lalu berjalan menuju garasi untuk mengambil motornya. Rina yang melihat putrinya begitu buru-buru langsung menghampiri.

"Bintang, mau kemana buru-buru?" ucap Rina sambil memegangi bahu Bintang.

"Mau main, Ma."

"Tapi luka kamu belum diobati."

Bintang memegangi pipinya yang sedikit perih. "Enggak papa kok Ma."

Rina tersenyum sambil mengangguk. "Yaudah kamu hati-hati ya. Pulangnya sebelum magrib. Soalnya Mama mau ngajak kamu keluar nanti malam."

Bintang mengangguk. "Emang kemana Ma?"

"Nanti juga kamu tau."

"Yaudah Ma, Bintang pergi dulu. Assalamualaikum." Bintang mencium telapak tangan Rina lalu pergi ke garasi.

Jangan lupa Vote dan Comment.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang