BAB 15

928 104 24
                                        

Bintang mengetuk pintu lobby yang terbuat dari kaca. Dari balik kaca ia bisa melihat Bu Vina terlihat asik memainkan ponselnya. Sepertinya ia tengah bersua poto.

Berbagai macam gaya selfie yang telah Bu Vina lakukan. Mulai dari senyum tipis, memonyongkan mulut bibir dan sebagainya.

"Bintang, Emak angkat lo doyan selfi ya," kekeh Jessica mengejek.

"Diem lo bastard!" umpat Bintang kesal.

Bintang kembali mengetuk pintu lobby hingga Bu Vina menyadari keberadaannya.

"Masuk." Bu Vina memasang raut wajah seriusnya. Itu harus, karena ia tak mau wibawanya hilang di depan murid ternakal di SMA ini.

"Batasnya sekarang. Kamu tidak bisa dapat yang dua itu, kan? Berarti mulai besok kamu harus berangkat pagi-pagi. Ingat, saya akan menunggu di depan gerbang. Jadi jangan coba-coba bohongi saya. Ingat!" tegas Bu Vina menatap Bintang tajam.

"Loh, tapi Bu, saya--"

"Sudah. Sekarang kamu pulang. Ingat, besok harus masuk pagi-pagi." Cara bicara Bu Vina memaksa Bintang untuk diam menerima keputusannya.

Bintang bisa saja melawan karena ia tak sedikitpun takut pada guru-nya itu. Namun ada satu hal yang memaksanya untu menurut. Orang tuanya akan di panggil. Ia tak mau kalau sampai Rina--orang tua satu-satunya yang Bintang miliki, di panggil ke sekolah karena ulahnya. Ia memutuskan untuk mengikuti perintah gurunya itu, setidaknya sampai ia memiliki rencana selanjutnya.

¤¤¤¤

Seorang cewek menggunakan kaos hitam dengan rambut sebahu yang di biarkan terurai, kini berada di depan rumah Bintang.

"Caca?" Bintang mempersilakan Caca untuk duduk di kursi teras rumahnya.

Caca datang tepat waktu sperti yang di perintahkan Kakak kelas sekaligus ketua The Viber itu.

"Lo tunggu di sini dulu. Gue mau ambil kunci mobil."

Setelah sampai di basecamp di sana sudah ada ke lima temannya dan ... tunggu. Ada Rega, Ido, Egi dan Budi.

Bintang turun dari mobilnya bersama Caca dan di sambut oleh semua temannya.

"Eh, Ga, Ido, Budi, Egi." Bintang menyalami keempat cowok itu secara bergantian.

Di tengah seriusnya pembicaraan mereka. Ido memandang ke arah Caca, cewek yang ada di dekat Bintang. Pasalnya ia belum pernah melihat cewek itu sebelumnya.

"Eh, ada neng geulis. Kenalan atu." Ido mengulurkan tangan kananya berniat bersalaman dengan Caca.

Caca menerimanya dengan senang hati. "Caca," ucapnya.

Ido tersenyum, "Panggil a'a Ido aja."

"Yeee si Bucin sok asik banget lo!" Egi dan Budi menonyor kepala temannya itu.

"Oh ya. Rega, Budi, Ido, Egi. Kenalin dia Caca, adek kelas gue. Dia baru di The Viber," ucap Bintang.

"Yaudah berangkat."

Niva, Caca dan Vira naik di mobil Bintang. Di mobil Risa ada Mira dan Ninda. Sedangkan Rega, ido, Egi dan Budi mengendarai motor masing-masing.

Selama perjalanan Caca memandang satu persatu wajah dari ketiga temannya yang begitu serius. Tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Semua nampak sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Caca yang duduk di sebelah Bintang memperhatikan raut wajah cewek yang tengah fokus menyetir itu. Namun tak sedikitpun ekspresi Bintang yang bisa ditangkap oleh Caca. Ekspresi cewek itu datar-datar saja, berbeda dengan kedua cewek yang di belakang. Mereka memasang wajah tegang.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang