|H A P P Y R E A D I N G|
Bintang sedang berada di rooftop sekolah sekarang. Ia sudah tak tertarik dengan acara yang begitu meriah di bawah sana. Kini pikirannya sedang berada pada Reval. Ya, sikap dingin cowok itu sukses menghancurkan moodnya.Di atas bangku panjang yang sudah tak terpakai, Bintang duduk menatap langit yang tiba-tiba mendung. Hembusan angin menerbangkan beberapa helai rambutnya.
“Kalo lo kesel gue maklum Val. Tapi apa harus ya, lo bareng Zahra?” tanya Bintang seolah-olah ada Reval di dekatnya.
Sesekali dengusan kecil terdengar. Ia terus saja berbicara seorang diri, tanpa ia sadari ada seseorang yang berdiri di pintu rooftop, memandanginya sejak tadi.
“Reval, sulit banget sih buat nyairin hati lo?” Bintang tersenyum miris.
Apakah ia terlalu berharap kepada Reval?
Walaupun cowok itu sudah menjadi pacarnya, namun cowok itu tak pernah melakukan hal yang biasa dilakukan seorang cowok terhadap cewek yang di cintainya. Seperti orang-orang di luar sana.
“Gue emang enggak secantik Zahra.”
“Siapa bilang?” sahut seseorang di belakang Bintang.
Bintang yang mendengarnya terkejut. Ia mengenal betul suara itu. Tanpa diberitahu, sudah pasti pemilik suara itu adalah Reval.
“Siapa bilang lo enggak secantik Zahra?” Reval melanjutkan ucapannya sambil berjalan mendekati Bintang.
Sebelah tangannya ia masukkan ke saku celana, sedangkan sebelahnya lagi memegang gitar yang sudah dibungkus oleh tas khusus.
Reval duduk di sebelah Bintang, menaruh gitarnya di lantai. Ia menoleh ke arah cewek di sebelahnya yang masih terperangah.
“Lo jauh lebih cantik dari dia.” Reval menatap manik Bintang lekat, bermaksud memberitahu cewek itu, kalau ia tulus mengatakannya, namun justru membuat jantung Bintang berdegup lebih cepat.
Tatapan Reval seakan menghipnotis, hingga Bintang sendiri tak ingin mengalihkan pandangannya.
Reval mendekatkan wajahnya dengan Bintang dengan mata yang tertutup, membuat Bintang menahan nafas.
Mengetahui Bintang yang sedang menahan nafas membuat Reval terkekeh.
“Jangan lupa nafas,” godanya menjauhkan wajahnya dan kembali memandang lurus ke depan. Mendapati langit yang kian mendung.
Bintang melototkan matanya kesal. Sejak kapan Reval suka iseng kepadanya? Dan Kenapa ia jadi salah tingkah begini. Ia rasa kini pipinya memerah.
“Lo enggak perlu bandingin diri lo dengan orang lain. Toh jadi diri sendiri lebih bagus,” ucap Reval tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.
Bintang menoleh, memperhatikan wajah cowoknya itu dengan intens. Pahatan wajah Reval nyaris sempurna. Memandang Reval dari jarak dekat ini, membuat nafas Bintang sesak.
“Tapi...”
“Gue lebih suka yang apa adanya,” potong Reval cepat.
Ia menoleh ke arah Bintang dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Tatapannya kali ini lebih teduh.
“Gue minta maaf udah cuekin lo, dan jalan bareng Zahra,” ucap Reval tulus. Bibirnya sedikit melengkung membuat senyuman.
Bukannya memaafkan, Bintang malah ngomel-ngomel tidak jelas dengan wajah yang menggemaskan, hingga Reval ingin sekali mengambil video wajah ceweknya ini.
Setelah cukup mengomel, Bintang akhirnya terdiam. Rasanya tenggorokannya kering karena terlalu banyak berbicara sedangkan lawan bicaranya hanya diam mendengarkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (COMPLETED)
Teen FictionBEBAS MEMBACA. Cerita ini mengisahkan tentang cewek bernama Bintang, yang menjadi bintang di sekolahnya, karena kepintarannya dan keahliannya dalam hal akademik. Namun sayangnya, ia selalu menjadi buronan BP, dan mendapat julukan sebagai Bad Girl...