Pagi ini Reval, Dino dan Vano tengah berada di ruang kepala sekolah, untuk mengurus kasus yang terjadi pada Bintang kemarin di gudang olahraga. Ketiganya tampak memasang wajah tegang.
Di sebelah mereka, duduk tiga cewek dengan wajah ketakutan. Ketiganya sama sekali tak bisa berkutik.
“Bapak sangat tidak menyangka kalian bisa melakukan hal semacam itu di sekolah. Itu tindakan yang sangat tidak terpuji. Bagaimana bisa kalian melukai teman kalian sendiri hanya karena masalah sepele. Dimana otak kalian?!” ucap Kepala sekolah sedikit keras.
“Zahra! Kamu ini pernah menjabat sebagai ketua osis. Yang artinya kamu pernah menjadi pemimpin diantara teman-temanmu yang lain. Tapi kenapa malah kamu melakukan hal seperti itu?!”
“Ta-tapi itu bukan saya Pak,” sahut Zahra membela diri.
“Saya tau kamu tidak melakukan itu, tapi kamu yang menyuruh kedua temanmu untuk melakukannya. Untung saja Bintang tidak terlalu parah. Bagaimana kalau sampai terjadi hal yang tidak-tidak dengan Bintang? siapa yang mau tanggung jawab? Mau kalian masuk penjara?”
Ketiganya diam menunduk. Tak ada yang berani mendengat. Kepala sekolah sangat menyeramkan ketika marah.
Dino gemas sendiri melihat wajah-wajah tak berdosa ketiga teman kelasnya itu. Kalau saja Zahra, Ela dan Dini itu cowok, sudah habis dihajar olehnya.
“JAWAB!” sentak Pak Kepala sekolah.
“Tidak Pak,” jawab ketiganya bersamaan.
“Orang tua kalian sudah Bapak hubungi. Sebentar lagi akan tiba di sekolah. Kalian bertiga tungu di sini.”
Sontak raut wajah Zahra, Ela dan Dini langsung berubah. Rasa takut tak bisa mereka tutupi.
Zahra menatap nyalang ke arah kedua temannya karena terlalu ceroboh.
Vano dan Dino bisa tau kalau Zahra, Ela dan Dini lah yang mencelakai Bintang karena saat berada di kafe, mereka tak sengaja bertemu Dini dan Ela. Dan secara kebetulan keduanya sedang membahas tentang Bintang.(****)
Bintang mengetahui bahwa yang melukainya saat di gudang olah raga adalah Zahra dan antek-anteknya, langsung naik darah. Amarahnya sudah memuncak. Ia ingin menyalurkan amarahnya dengan membalas perbuatan mereka.
Bintang sudah tak bisa menahan dirinya. Tanpa memperdulikan Jessica yang berusaha mencegahnya, ia keluar dari kelas menuju kelas 12 ips 2 untuk menemui Zahra dan temannya.
Dibelakang, Jessica berlari mengejar temannya yang sudah kesetanan sambil sesekali meneriaki namanya. Ia tak mau jika temannya itu akan terkena masalah lagi, setelah hampir sebulan ia tak pernah masuk ruang BP.
“Bintang, tunggu!” Jessica terus berlari mengejar Bintang.
Kebetulan sekali ia berpapasan dengan Zahra yang tengah jalan sendiri. Sepertinya ia baru kembali dari ruang kepala sekolah hendak menuju kelasnya.
Senyuman miring tercetak di bibir Bintang. Ia bisa membalas dendam kepada Zahra tanpa harus mencari keberadaannya.
Zahra berhenti melangkah, terkejut dengan keberadaan Bintang. Ia menelan salivanya susah payah. Jujur saja, ia tak akan perah bisa melawan Bintang si Bad Girl, yang tentunya di takuti hampir semua siswa.
“Bi-Bintang?” Zahra mundur selangkah dengan perasaan takut.
“Kenapa? Lo takut? Mana temen setan lo?!” Bintang melipat kedua tangan di depan dada, memberikan tatapan tajam.
“Ma-maksud lo a-apa ya? Gue enggak ngerti,” elak Zahra.
Ia tak mau habis dibuat oleh Bintang. Ia tau ini adalah sekolah dan ia bisa saja meminta tolong, namun tidak akan ada yang bisa menolongnya jika harus berurusan dengan Bintang, bahkan Guru sekalipun. Bintag adalah cewek yang nekat, ia bisa saja melakukan hal tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (COMPLETED)
किशोर उपन्यासBEBAS MEMBACA. Cerita ini mengisahkan tentang cewek bernama Bintang, yang menjadi bintang di sekolahnya, karena kepintarannya dan keahliannya dalam hal akademik. Namun sayangnya, ia selalu menjadi buronan BP, dan mendapat julukan sebagai Bad Girl...