BAB 55

433 32 0
                                    

Bintang berlari sekuat tenaga, berusaha menghindari sekelompok cowok-cowok yang mengejarnya. Sial, harusnya ia lebih berhati-hati jika ingin keluar rumah.

“Mau ngumpet di mana gue?” Bintang mengedarkan pandangannya. Tak mungkin jika ia berlari pulang. Itu akan lebih berbahaya lagi unutk Bintang kedepannya. Musuh-musuhnya akan mudah mengetahui keberadaanya.

Ia terus berlari sekuat tenaga. Sesekali ia meminta maaf kepada pejalan kaki yang ditabraknya.

Tepat di persimpangan jalan yang cukup ramai, seseorang menarik Bintang dan membawanya masuk ke dalam sebuah kafe.

Beberapa menit Bintang menunduk sambil mengatur nafasnya.

“Udah aman,” ucap cowok itu.

Bintang mendengat mendapati Reval yang menatapnya dengan  jengkel. Ia diam untuk sekejap, sebelum akhirnya cengiran terpampang jelas di wajahnya.

“Cowok yang kemarin?” tanya Reval.

Bintang mengangguk. “Iya.”

“Kenpa keluar rumah?”

"Gue tadi niatnya mau beli eskrim di minimarket, eh taunya cowok-cowok itu juga kebetulan lagi disana,” jelas Bintang.

“Thanks ya, udah bantuin. Kalo enggak ada lo gue mungkin—“

“Berhenti main sama temen-teman aneh lo,” potong Reval cepat.

Bintang terkejut bukan main setelah mendengar ucapan cowok itu. Sekarang Reval sudah berani mengatur-ngatur dirinya.

"The Viber maksud lo?"

Reval diam tak menjawab.

“Lo gila apa? Maksud lo apasih?!”

“Berhenti main sama temen lo yang suka tawuran gak jelas!” Reval memperjelas ucapannya.

“Gak! Atas dasar apa lo nyuruh gue buat berhenti main sama mereka?!”
Reval berdecih, bersidekap dada. Ia memandang cewek di depannya ini kesal.

“Mereka cuma bawa pengaruh buruk.”
Bintang terdiam. Pernyataan Reval sukses membuat egonya turun.

“Lo dapet apa bergaul sama mereka? Ilmu tawuran, bolos?"

“Tapi Val gue—“

“Gue gak maksa. Sadar diri aja.”

Setelah kejadian sore itu, Reval terlihat cuek kepada Bintang. Ia jarang mengirimi Bintang pesan, bahkan mengajaknya untuk pergi ke kantin pun tidak. Ya walaupun begitu, Reval masih setia menjemput dan mengantarkan Bintang ke sekolah.

(****)

Sama seperti hari ini. Reval dan Bintang sudah sampai di sekolah. Setelah melepas helmnnya, Reval tak berbicara kepada Bintang dan berjalan mendahului cewek itu.

Bintang menarik seragam Reval dari belakang, hingga membuat sang empu menoleh.

“Reval,” panggil Bintang. Ia mendengat menatap cowok yang kini tengah menatapnya juga.

“Lo masih marah ya sama gue?”

“Gue enggak pernah marah,” jawab Reval datar tanpa ekspresi.

“Tapi kalo lo enggak marah, kenapa diem terus?” dengus Bintang.
“Didiemin itu enggak enak tau!” Ia sedikit meninggikan suaranya.

“Gue tau, lo nyuruh gue buat berhenti main sama The Viber itu semua demi kebaikan gue. Gue tau lo khawatir.”

“Hm.”

“Tapi... Alasannya cuma itu doang ya?” Bintang menampilkan senyum menggoda.

“Mau lo apa?” Reval menaikkan sebelah alisnya.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang