Setelah bel berbunyi, Bintang pergi menunju ruang BK untuk bertemu dengan Bu Vina. Ia lalu mengetuk pintu ruangan tersebut.
"Masuk." Bintang kemudian masuk dan duduk di depan Bu Vina yang masih memeriksa kertas yang ia berikan dan menyamakannya dengan absen.
"Gimana Bu?" tanya Bintang datar.
"Apanya?"
"Udah lengkap, kan? Jadi mulai besok Ibu enggak perlu lagi ngejar dan hukum saya. Semua tantangan Ibu sudah saya selesaikan. Bahkan dalam waktu sehari," ucap Bintang menyombongkan diri sekaligus bahagia, karena mulai besok ia akan terbebas dari hukuman Bu Vina.
Bu Vina tersenyum kecut. "Masih kurang!"
Bintang yang tadinya dengan santai menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi itu, menjadi tegak dan menatap Bu Vina tajam.
"Ibu jangan main-main sama saya," ucap Bintang penuh penekanan dan tidak suka.
"Siapa yang mau main-main sama kamu, Bintang? Justru kamu yang mau main-main sama Ibu," jawab Bu Vina pelan.
"Maksud Ibu apa?"
Bu Vina meraih semua kertas dan menunjukkannya pada Bintang. Tepat di depan mata cewek itu.
"Ini kurang 2 lagi. Kamu mau coba nipu Ibu?"
Bintang terdiam. Ia memang sengaja tidak mengambil sisanya lagi karena ia malas berurusam dengan kedua orang tersebut.
"Buk, cuma kurang dua aja masak enggak bisa sih?" tawar Bintang yang membuat Bu Vina tersenyum masam.
"Tidak bisa! Ibu tunggu kamu besok sepulang sekolah. Kalau kamu tidak bisa mengambil data itu, kamu Ibu anggap gagal dan tidak boleh terlambat. Kalau kamu terlambat, Ibu akan memberikan surat untuk orang tua kamu."
Bintang melototkan matanya. Sialan! Gumam Bintang. Padahal perjanjian kemarin tidak seperti itu, tapi Bintang mengiyakan begitu saja.
(****)
Bintang kemudian berjalan menuju parkiran. Disana masih ada Jessica yang tengah berbincang dengan Vano.
Namun Bintang bodoamat, ia tetap saja berjalan menuju mobilnya tanpa memperdulikan kedua manusia yang tengah tersenyum kepadanya itu. Boro-boro membalas, menatap pun Bintang tidak.
"Bintang lo mau pulang?" tanya Jessica ramah dengan posisi masih berdiri di depan mobil Vano.
Bintang mengangguk, namun tidak menoleh sama sekali. Ia kemudian membuka pintu mobilnya. Namun belum sempat ia masuk, umpatan kecil keluar dari mulutnya.
"Sialan!"
Ban depan mobil Bintang yang berada di sebelah kanan kempes. Ia memperhatikan ban mobilnya, dan ternyata ada bekas sayatan benda tajam. Sepertinya ada yang sengaja melakukan itu. Siapa lagi kalau bukan orang yang benci dengan dirinya.
Bintang meregam keras tangannya, ia benar-benar marah. Jessica yang menyadari itu, mendekati Bintang.
"Bintang lo kenapa?" Bintang tidak menjawabnya, ia hanya menunjukkan ban depannya dengan dagu.
"Ya ampun. Siapa yang lakuin ini?"
"Gue enggak tau."
Bintang terus saja mondar mandir dengan ekspresi marah. Ia lalu meraih ponselnya dari saku jaket yang ia kenakan, dan menelpon seseorang.
"Lo bawa ke bengkel aja, perlu di ganti," sahut Vano dari belakang Jessica.
Ketika menoleh ke belakang, Bintang tak sengaja melihat 2 cewek yang yang tengah bersembunyi di balik pohon mangga, dekat gerbang.
Tak salah lagi pasti cewek itu yang melakukannya.
Tanpa ragu Bintang menghampiri kedua cewek yang tengah tertawa itu, dan ternyata kedua cewek tersebut adalah Ela dan Dini. Teman sekelas Reval dan Vano.
"Maksud lo apa?" tanya Bintang masih santai.
"Lo ngapain kesini? Mau bikin masalah lagi? Sorry ya, gue enggak ada waktu ngeladenin lo!" ketus Dini dengan tatapan menjatuhkan.
Bintang berusaha tenang. Ia tak mau menggunakan kekerasan, apalagi kepada cewek lembek modal mulut yang ada di depannya itu.
"Gue nanya baik-baik. Maksud lo apa, ngerusak ban mobil gue?"
Namun keduanya diam tak ada niat untuk menjawab. Terlebih lagi Ela, ia sangat tidak suka dengan cewek sok berkuasa itu.
Bintang menatap kedua cewek itu tajam. Ia melihat satu dari mereka membawa pisau yang cukup tajam. Ia kemudian mengambil pisau itu paksa, dan membuat keduanya terkejut.
"Ini apa? Maksud lo apa? Jalang!"
Ucapan Bintang membuat Dini emosi, ia tersinggung. Padahal Bintang menganggapnya hanya sebagai umpatan belaka.
Bintang tersenyum kecut, ia merasa menang dengan bisa menjatuhkan Dini hanya lewat ucapan saja.
"Maksud lo apa ngatain gue jalang?!" Dini tersulut emosi. Ia sangat merasa tersinggung.
"Kenapa, lo tersinggung? Atau emang bener lo cewek jalang yang sering nongkrong di jalan Mawar?" Bintang menatap rendah cewek itu sambil tangan dilipat di depan dada.
"Kurang uang jajan lo, Sampai lo rela jual diri sama om-om?" cemooh Bintang yang semakin membuat Dini emosi.
"Oh ya lupa, kalo mau terkenal di sekolah kan harus cantik, harus rajin perawatan, tapi perawatan kan mahal. Pantesan."
"Cukup Bintang, cukup! Gue bukan jalang!" Dini mendorong pundak Bintang hingga membuat Bintang jatuh tersungkur karena belum siap.
Jessica dan Vano yang melihat keributan itu, langsung berlari mendekat dan berusaha melerai mereka.
Bintang lalu bangun, dan melayangkan tamparan pada pipi merah muda milik Dini. Tamparan itu begitu keras, terasa berdenyut pada pipi Dini.
Jesicca meraih tangan Bintang, memintanya untuk berhenti. Namun bukan Bintang namanya jika berhenti sebelum lawannya babak belur!
Vano berdiri di tengah-tengah mereka, dan mengisyaratkan kepada Ela untuk menarik Dini. Namun Dini terlalu kuat sehingga Ela tidak sanggup dan memilih mundur.
Bintang yang sudah kesetanan, melepaskan tangannya dari Jessica dengan keras, sehingga membuat cewek di belakangnya itu jatuh.
Sontak Vano mendekati Jessica dan membantunya berdiri.
"Van, lo kenapa kesini, mereka jadi berantem lagi."
Bintang yang memang sudah sejak SD ikut bela diri, begitu mudah memukul dan menampar Dini. Namun karena kelepasan, Dini mencakar pipi Bintang dengan kukunya yang tajam.
Sedikit darah segar keluar lewat goresan di pipinya itu, rasanya sedikit perih namun lebih perih lagi kalau ia kalah.
"Anjing!" umpat Bintang keras lalu tanpa ragu ia menedang bahu kiri Dini hingga membuat cewek itu ambruk di tanah. Ia merasa puas sekarang.
Tanpa di sadari oleh Bintang, seorang cowok berperawakan tinggi dengan jaket hitam berada di hadapannya.
"Erik?" ucap Bintang pelan.
Cowok itu adalah Erik, anak SMA Padri.
Khawatir melihat Bintang dengan cowok berwajah sangar itu akan beradu fisik, Jessica menyuruh Vano untuk menghentikannya.
Namun siapa sangka, Reval lebih dulu datang menghentikannya. Ia menahan tangan Erik sebelum mengenai pipi Bintang.
"Jangan kasar sama cewek," ucap Reval dingin.
Cowok bernama Erik itu diam. Ia lalu membawa Dini yang masih tergeletak dan berjalan pergi menuju mobilnya.
Bintang menatap Reval yang sudah melindunginya tadi. Ia ingin mengucapkan terimakasih, namun cowok itu lebih dulu pergi darinya.
"Thanks," ucap Bintang kepada Reval yang sudah tak ada di sana.
Jangan lupa Vote dan Comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (COMPLETED)
Teen FictionBEBAS MEMBACA. Cerita ini mengisahkan tentang cewek bernama Bintang, yang menjadi bintang di sekolahnya, karena kepintarannya dan keahliannya dalam hal akademik. Namun sayangnya, ia selalu menjadi buronan BP, dan mendapat julukan sebagai Bad Girl...