Selamat Membaca:)
Bel sekolah berbunyi. Bintang mengemasi alat tulisnya setelah guru mata pelajaran keluar. Ia menoleh kearah Jessica yang menelungkupkan kepala sambil memegangi perutnya. Ya, sepertinya perutnya sedang nyeri. Biasa, efek PMS.
Tiba-tiba Vano datang menuju ke arahnya. Bintang tak memperdulikannya, karena sudah pasti Vano datang untuk menemui Jessica.
“Reval nungguin lo noh di kelas,” ucap Vano membuat Bintang menoleh.
“Nungguin?”
“Iya, lo mending cepetan ke sana,” suruh Vano. “Mau video lo kesebar?”
Bintanng menaikkan sebelah alisnya. Ia terkejut mendengar ucapan Vano tadi. Jadi, Vano tahu soal video itu?
Sial, gumam Bintang.Ia memasang tatapan tajam. Tanpa pamit ia lalu segera keluar menuju kelas 12 IPS 2.
Sesampainya didepan pintu kelas 12 IPS 2, Bintang sedkit ragu untuk masuk. Bukan apa, ia hanya tak merasa enak jika harus masuk ke kelas orang. Tunggu, sejak kapan Bintang menjadi orang yang tidak enakan?
“Ngapain?”
Bintang sadar dari lamunannya. Ia mendongak melihat wajah tampan nan dingin berdiri di depannya.
“Itu... Vano nyuruh gue ke—“
“Ikut gue,” sergah Reval masuk ke dalam kelasnya.
Bintang yang masih kaget hanya bisa berdiam diri. Ia mencobba untuk menerka-nerka apa yang akan di lakukan Reval kalau ia ikut masuk. Apa Reval akan...
Aduh... kok gue mikir gini, sih? Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya. Menyingkirkan pikiran buruk yang memenuhi kepalanya saat ini.
Seakan mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh Bintang, Reval bersuara,“gak usah mikir aneh, masih ada Dino,” kata Reval dari dalam kelas.
Bintang akhirnya masuk kedalam kelas tersebut. Benar saja, didalam masih ada Dino yang tengah makan kolak kuah pinky baby. Bintang berdiri di sebelah Dino yang masih fokus menghabiskan makanannya.
“Eh, ada ca—“
“Lo ngomong, muka lo ancur,” ancam Bintang yang malas mendengar godaan dari Dino. Dino pun diam tak bicara. Ia kembali lanjut menyantap makanannya.
Tiba-tiba Reval menyerahkan sebuah paperbag yang bertuliskan SMALITA yang berarti paper bag itu dari koperasi sekolah.
“Ambil.”
Bintang menerimanya. “Ini apa?”
“Punya mata, kan?”
Sial, cowok ini sangat tidak tahu basa-basi.
Bintang membuka isi paperbag tersebut, dan ternyata isinya adalah seragam sekolah. Tentu saja Bintang tak mengerti maksud Reval membelikannya seragam sekolah baru.
“Kok seragam, sih? Buat apa?”
“Sampai kapan mau pamer?” jawab Reval yang sama sekali tak ada hubungannya dengan pertanyaan Bintang. Ini yang membuat Bintang kesal. Sulit memang bicara dengan orang dingin.
“Maksud lo?”
“Lo pake aja.” Setelah mengucapkan itu, Reval pergi meninggalkan kelas.
“Ih, temen lo kok aneh gitu, Dino?” decak Bintang kepada Dino.
Dino mengusap bekas kolak di bibirnya dengan telapak tangan.
“Emang gitu dari lahir. Pas masih embrio aja dia gak ada ekspresi. Cuek bebek,” sahut Dino mulai ngacok.
Bintang mendengus kesal. Reval dengan Dino sama saja. Sama-sama aneh dan tidak jelas.
Bintang menatap paperbag yang diberikan oleh Reval. Didalamnya ada seragam sekolah. Ia tak mengerti apa maksud Reval memebelikannya. Namun ia tak menyerah. Ia mendekati Dino dan bertanya pada cowok itu.
“Dino, lo tau gak kenapa Reval ngasih ini ke gue?”
“Tau,” jawab Dino. “Baju lo kekecilan, Reval gak suka,” tamabahnya lalu kembali memakan makanannya.
Apa? Apakah Bintang sedang bermimpi? Kenapa Reval tiba-tiba menjadi peduli padanya?
Bintang merasakan jantungnya mberdetak mulai tidak normal. Apa Reval sering memperhatikan dirinya? Tidak!
Bintang berjalan menuju parkiran dengan hati yang berbunga-bunga serta senyum yang tak hilang dari bibir tipis merah alami itu. Sampai-sampai ia tak menganggap keberadaan Dino yang sedari tadi ngoceh tak jelas di sampingnya.
“Bintang denger gue gak lo?” tanya Dino menyadarkan Bintang dari lamunanya.
“Iya, berisik lo.”
“Ngelamun aja lo,” kekeh Dino. “Jangan-jangan...” Dino menggantungkan ucapannya. Kini ia berada di depan cewek itu, dan membuat Bintang menghentikan langkahnya.
“Apaan Dino!”
“Jangan-jangan...”
“Jangan-jangan apa!”
“Lo suka ya sama Reval,” goda Dino tiba-tiba membuat jantung Bintang kembali tak normal.
Bintang diam sebentar. Apa iya, ia suka dengan Reval? Rasanya sangat mustahil. Bahkan ia benci dengan cowok itu.
“Tuh bener kan gue. Cie-cie Bintang. Gue ikhlas kalo lo nolak gue tapi jadiannya ama temen gue mah.” Dino menaikkan alisnya secara bergantian. Berusaha menggoda Bintang.
“Apaan sih lo! Minggir!” Bintang mendorong Dino menjauh dari hadapannya. Ia kemudian melanjutkan jalannya menuju mobilnya.
“CIE CIE BINTANG SUKA REVAL!” pekik Dino yang masih diam di tempat.
“BERISIK!” sahut Bintang tanpa menoleh.
Dino hanya menyengir kuda. Akhirnya Reval menemukan cewek yang ia suka. Sebagai sahabat tentunya ia juga ikut bahagia.
.(****)
Angin malam berhembus menerpa rambut hitam yang sengaja digerai itu.
Sesekali Bintang merapikan rambutnya yang terus beterbangan akibat angin malam yang kencang.
Dengan sweter bewarna biru muda, Bintang duduk di kursi restoran seafood yang ada di pinggir pantai.
Malam ini ia harus menemani Rina yang ingin sekali memakan Lobster asam pedas. Ia sendiri sebenarnya tak begitu menyukai seafood. Hanya beberapa dari jenisnya saja. Jadi ia hanya memesan plecing dan udang krispi.
“Gimana sekolah kamu?” tanya Rina membuka suara.
Bintang yang sedari tadi memandang kearah laut kini menatap Rina.
“Lancar Ma. Kenapa emangnya?”
“Enggak kenapa-napa,” jawab Rina.
“Oh ya, kamu dengar kan kata dokter tadi? Kondisi kamu sudah setabil. Jadi pesan Mama, makannya yang teratur. Jangan makan yang sembarang juga.”
“Iya Ma. Bintang janji.”
Setelah itu pelayan yang membawakan pesanan mereka pun datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (COMPLETED)
Teen FictionBEBAS MEMBACA. Cerita ini mengisahkan tentang cewek bernama Bintang, yang menjadi bintang di sekolahnya, karena kepintarannya dan keahliannya dalam hal akademik. Namun sayangnya, ia selalu menjadi buronan BP, dan mendapat julukan sebagai Bad Girl...