BAB 52

475 29 2
                                    

Note:
Ini bakal menjadi part paling panjang yang pernah ada di cerita Bintang.  So siapin snack ya, wkwkwkkw. Gak becanda kok.

Reval, Vano, Dino dan Jessica tengah berada di rumah sakit. Jessica menatap pintu ruangan tempat Bintang dirawat dengan was-was. Ia sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya itu. Namun Vano berusaha menenagkan dan meyakinkan kalau Bintang tidak apa-apa.

Sementara itu, Dino berdiri menggigit kuku jarinya. Dan Reval, cowok itu bersandar pada dinding sambil berdoa semoga Bintang baik-baik saja.

Tak lama kemudian, seorang wanita datang dengan wajah khawatir, menghampiri mereka.

“Tante.” Jessica berdiri dan memeluk wanita tersebut. Ia bahkan menangis di dalam pelukannya. “Bintang, Tante.”
Rina tersenyum mengelus lembut punggung Jessica, berusaha menenangan cewek itu. Walaupun ia sendiri tak kalah khawatir.

“Stt, udah enggak papa. Bintang bakalan baik-baik aja. Udah, ya jangan nangis.” Rina melepaskan pelukannya dari Jessica. Ia menghapus air mata yang membasahi pipi cewek itu.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya seorang Dokter keluar dari ruangan tersebut. Sontak semuanya langsung berdiri.

“Gimana keadaan anak saya, Dok?” Rina sungguh sangat khawatir.

“Ibu bisa ikut ke ruangan saya sebentar? Ada yang perlu kita bicarakan.”

Rina tertegun. Kenapa Dokter itu menyuruhnya untuk berbicara di ruangan khusus, kenapa tidak di sini saja? Namun Rina mengangguk.

“Baik Dok,” jawabnya.

“Dokter, apa kami boleh masuk ke ruangan pasien?” tanya Jessica yang sudah tak sabar melihat kondisi Bintang.

Dokter tersebut mengangguk. “Silahkan. Tapi tolong jangan ganggu istirahat pasien.”

Jessica mengangguk. “Tante, Jessica mau nengokin Bintang ya,” ijin Jessica.

Rina tersenyum tanda setuju. Setelah itu, ia pergi mengikuti sang Dokter.

Bintang terkulai lemah di atas brankar dengan tangan yang sudah dipasangi selang infus. Wajah cewek itu sangat pucat. Ia jauh dari kata baik-baik saja.

“Bintang, lo kenapa?” bisik Jessica di sela isak tangisnya.

Mungkin orang-orang mengatakannya lebay, namun inilah Jessica. Ia tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Ia juga tak pernah melihat Bintang selemah ini.

Vano merangkul pacarnya dan membawanya keluar dari ruangan. Ia tak bisa melihat Jessica terus-menerus menangis.

Sekarang tinggal Reval dan Dino yang ada di dalam ruangan. Dino paham apa yang Reval rasakan sekarang. Ia mendekati cowok itu, lalu menepuk bahunya pelan.

“Jagain Bintang. Gue nunggu diluar.”

Setelah Dino pergi, Reval meraih sebelah tangan Bintang dan menggenggamnya erat. Hatinya begitu sakit melihat orang yang disayanginya terkulai lemah.

“Cepat sembuh,” bisik Reval menempelkan tangan Bintang pada dadanya.

Pintu ruangan terbuka menampilkan Rina dengan wajah sendunya. Reval menoleh dan berdiri. Ia menyalami Rina sebagai tanda hormat.

“Kamu temannya Bintang?” tanya Rina dengan senyumannya.

Namun Reval tahu itu senyuman yang dipaksakan, karena wanita di depannya ini terlihat sedih.

Reval mengangguk sebagai jawaban.

“Terimkasih ya, sudah bawa Bintang ke sini.”

“Sama-sama Tante.” Reval mengangguk.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang