BAB 17

821 46 3
                                        

BISU

Reval memarkirkan motor klx hitamnya di parkiran, sejajar dengan mobil bewarna silver itu.

Setelah melepas helm yang melindungi kepalanya, Reval menatap heran mobil itu.

Ia ingat betul, mobil ini adalah milik cewek gila yang sok berani dan sok ngartis itu. Cewek yang ia lihat di kafe tadi malam.

Ia menaikkan sebelah alis tebalnya sambil menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman kecil yang nyaris tak terlihat.

"Woy Bro," sapa Vano yang rupanya juga baru datang. "Ngapain liat mobil si Bintang?"

Reval hanya terdiam menampakkan ekspresi khasnya. Ekspresi datar.

Vano memutar bola matanya malas. Lagi-lagi temannya itu hanya menjawab dengan ekspresi.

"Ngapain lo pada?" Dino menepuk pundak ke dua temannya yang masih diam di parkiran, dekat motor masing-masing.

Vano merangkul bahu Reval, sambil cengengesan. "Ini nih, temen kita. Lagi merhatiin mobil ratunya," ejek Vano membuat Reval menatapnya sinis.

Vano lalu melepaskan rangkulannya dan sedikit mundur. "Piss Brother."

Sedangkan Dino hanya diam, tak tahu maksud dari ke dua temannya.

"Apasih?"

"Pas lo masih di Bali, si Bintang berantem sama Dini, Ela. Gara-gara ban mobil si Bintang dirobek pakai pisau sama tuh cewek dua. Nah si Bintang kan marah tuh, dia nampar sama mukul Dini sampai jatuh, terus... "

"Beh, emang mantep calon bini gue," sergah Dino memukul kaca mobil Bintang yang ada di dekatnya. Reval dan Vano diam melihat kelakua Dino yang begitu receh.

"Val, ke kelas yuk," ucap Vano.

"Eh cerita belum kelar!" Cegah Dino.

Vano menonyor kepala Dino kesal. "Makanya lo denger dulu, tolol. Baru lo ngomong."

Reval hanya diam membuang napas dan melipat tangan di depan dada. Ia tak begitu tertarik dengan cerita kedua temannya yang memuji dirinya karena telah membela cewek gila itu. Ia juga mengabaikan sapaan demi sapaan dari siswa cewek yang lewat sambil melambaikan tangan.

"Terus Reval ngebela si Bintang. Kurang keren dan baik apalagi cobak temen kita ini," beber Vano menepuk pundak Reval.

Karena sudah bosan, Reval memutuskan untuk pergi duluan ke kelas.

Namun ia kembali bertemu dengan Bintang si cewek gila. Terlihat Bintang tengah menyapu halaman yang penuh akan daun-daun kering yang berjatuhan.

Bintang yang menyadari kehadiran Reval, langsung menatap cowok itu kesal.

Terbesit dalam hati cewek itu tentang rasa benci pada Reval. Karena Reval lah ia di suruh masuk pagi-pagi sekali.

Andai saja Reval dan Vano mau memberikan bodata dan tanda tangannya, Bintang tidak akan disuruh masuk sepagi ini.

Dan karena cowok itu juga ia di hukum sekarang, membersihkan halaman yang semulanya menjadi tugas tukang kebun.

"Ngapain lo di sini? Liat gue kayak gitu? tanya Bintang sinis.

Seperti biasa, Reval hanya terdiam tetap memandang cewek yang terlihat begitu kesal.

"Dasar bisu! Minggir lo!" ketus Bintang menyenggol bahu Reval.

Reval manarik pergelangan cewek itu dengan keras, sehingga membuat sang empu meringis kesakitan.

Bintang kaget sekaligus tak percaya, cowok itu memegang tangannya cukup erat. Bintang memberontak untuk melepaskan tangannya, namun tidak bisa. Reval cukup kuat untuknya.

Bintang (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang