Sean mendorong Adam ia hanya mengepalkan tangan amarahnya sudah memuncak tapi tidak mungkin ia memukul ayah calon anaknya, Adam itu bajingan berwajah dan berhati dingin hanya Sean yang berani menghadapinya.
Sean sedang dirumah neneknya ia memilih menjauh dari Adam dia sudah muak dan putus asa kalau Adam akan bertanggung jawab
"Oma, tidak akan ikut campur tapi lama lama ayah dan ibumu akan mengetahuinya"
"Aku belum siap memberitahu mereka pasti mereka akan kecewa padaku"
"Sean, bicaralah pelan pelan mereka pasti mengerti"
"Tidak dengan ayah, oma...ayah akan marah besar dan memaksa ku menggugurkan anak ini" omanya menarik nafas diam diam ia setuju
"Mulai sekarang fokus pada kesehatanmu dan anak itu dulu" Sean mengangguk dan Oma nya membelai kepalanya dia berbaring dipangkuan omanya."Dia marah dan pergi" Adam bersama Nick di rumah Adam
"Salahmu sendiri kau hamili dan kau tidak mau bertanggung jawab"
"Aku belum siap, orang tuaku mengharapkan aku melanjutkan bisnisnya diluar negri"
"Itu berarti kau....jika ia tahu ia akan semakin membencimu"
"Itulah yang tidak aku inginkan dan aku masih mencari keberadaannya"
"Sudah mencari kerumah oma nya?"
"Eh oma aku tidak tahu, bagaimana kau tahu"
"Maaf tuan Adam yang terhormat, aku yang menjodohkan kalian dan bicara dengan orang tuamu"
"Aku minta alamatnya"
"Nanti aku WA karena aku lupa hanya aku catat dibuku telpon"
"Dasar kuno"
"Diam kau batu"Sean duduk di kafe menunggu Paul temannya di kamar mandi ia tidak sadar ada yang memperhatikannya dari kejauhan, Paul duduk memperhatikan gerak gerik sahabatnya
"Kau gelisah ada apa?"
"Perasaanku tidak enak"
"Maksudmu?"
"Ya tidak enak, aku tidak tahu"
"Sean aku rasa ada seseorang memperhatikan kita dari tadi, aku tidak suka cara dia melihat kita"
"Mungkin itulah alasannya, kau tidur dirumah omaku aku merasa tidak aman dan aku mencemaskanmu juga"
"Bukan ide yang buruk" denting pintu kafe terdengar pria besar yang baru masuk melihat Sean tersenyum lebar ia menghampirinyadan Sean terkejut
"Adam" ia segera meletakkan uangnya dan menarik Paul pergi berlari keluar