Udah berapa kali ia menelan ludah nya setiap kali ia melihat ayahnya dan sosok yang lebih tinggi darinya hingga pertanyaan pendeta menyadarkannya ia hanya menjawab
"Ya" semuanya bertepuk tangan saat pendeta menyatakan mereka resmi sebagai pasangan suami dan suami nah loh kalo tidak terpaksa ia gak sudi apalagi ia tidak pernah melihat sosok tinggi.
Pria itu mengungkungnya ia hanya bisa menunduk dan lagi lagi menelan ludahnya kemudian bibirnya disentuh benda kenyal ia hanya diam tidak tahu apa yang harus dilakukan hingga bibirnya digigit hingga ia merasakan apa itu darah didalam mulutnya, menolak juga percuma ia sudah sah miliknya pikirannya menolak tapi tidak dengan tubuh dan bibirnya."Tuan Jake, sarapannya?"
"Bawa saja kembali aku tidak lapar"
"Maaf tuan, Tuan Justin...."
"Aku bilang aku tidak lapar, bawa itu kembali" Jake sedikit meninggikan suaranya membuat wanita itu bergegas pergi membawa nampan itu kembali ia merasa mengapa tuan muda barunya itu moodnya setiap hari buruk."Kalau dia menolak lagi, katakan itu perintahku dan dia harus memakannya bik" pelayan itu hanya mengangguk pelan dan Justin berjalan keatas menuju kamar mereka.
Ia menemukan Jake tidur ia hanya berdiri memandangi sosok yang sudah terlelap seharian ini suaminya menolak makan lagi, tangannya menyentuh wajah Jake pelan kemudian masuk kekamar mandi bersih bersih dan bersiap tidur ia sangat lelah.Jake menemukan Justin masih tidur disampingnya ia memeriksa jam berapa dan mengingat hari ia ingat ini sabtu tentu saja Justin masih tidur ini akhir pekan, ia hendak bangkit namun tangannya dicekal Justin ia terbangun karena gerakan Jake
"Kita sarapan diluar" singat dan bernada perintah, Justin melepaskan cekalannya dan bangkit berjalan keluar ia akan mengalah menggunakan kamar mandi di kamar tamu.