Ia lari tidak tentu yang penting ia selamat mengabaikan rasa sakit diperut datarnya hingga saat menoleh kebelakang ia menubruk seseorang karena ia sedang lemah membuatnya hampir jatuh terduduk namun pemuda itu dengan sigap menangkap pinggangnya keduanya saling pandnag wajah mereka sangat dekat hidung mereka bahkan saling bersentuhan
"Hmm cantik hati hati saat berlari" spontan yang dipanggil cantik marah dan mendorongnya
"Siapa yang kau panggil cantik, hah?" Pemuda itu kembali berlari meninggalkan pria itu dengan senyum miringnya
"Kena kau, kau akan menjadi milikku" beberapa orang yang kehabisan nafas berhenti dihadapannya mengibaskan jas mereka
"Gila bos ia jago lari" pemuda itu terkekeh
"Kembali kekantor sisanya aku yang urus" ia merogoh sakunya mengambil hp ia sempat meletakkan alat pelacak di saku pemuda itu.Semuanya salah kris sebenarnya dan ia menolah pertanggung jawaban orang yang sudah menanam benih ini karena ia salah memilih orang saat ena ena maklum mabuk berat mana ia ingat dan tahu akan begini jadinya dan ia bahkan tidak ingat wajahnya seperti apa.
Sekarang ia bingung harus kemana ia tidak mengenal siapapun dan tepukan di punggungnya mengejutkannya, ia berbalik dan matanya membulat
"Kau??"
"Hai kita bertemu lagi"
"Eh iya, permisi"
"Mau kemana?" Lengannya di cekal membuat langkahnya berhenti
"Aku...tidak tahu"
"Kau sedang ada masalah?"
"Kita orang asing kenapa aku harus memberitahumu?"
"Benarkah? Ini pertemuan kedua kalinya dalam satu hari...aku Ansel dan kau?"
"Aku Kris dan tuan Ansel pertemuan kita hanya karena tidak sengaja" perut Kris berbunyi membuat wajahnya berubah merah karena malu dan Ansel hanya tersenyum
"Ayo aku juga lapar, ku traktir ada tempat makan enak tidak jauh dari sini" Kris langsung senang tersenyum lima jari.Ansel memandang pemuda asia dihadapannya yang tampak menikamti hingga gerakannya terhenti
"Kau tidak makan"
"Aku sudah kenyang hanya melihatmu"
"Maaf aku sangat lapar"
"Tidak apa jika masih kurang pesan saja lagi" namun Kris bangkit dan berlari ke kamar kecil, Ansel menyusul dan mengusap punggungnya lembut punggung Kris yang memuntahkan semua isi perutnya dan cairan membuat wajahnya berubah pucat
"Kau ikut aku saja, aku khawatir padamu" Kris mengangguk pasrah entah kenapa ia percaya dengan Ansel.