"Masih belum pulang, bik?" Wanita setengah baya itu menggeleng
"Dasar menyusahkan saja, entah kenapa aku bersedia menikahi pemuda pembangkang itu" ujarnya pelanChris berjalan menuju mobilnya ia menyusuri setiap tempat pemuda itu kunjungi dan bertanya ke beberapa orang dia mengusak rambut coklatnya idenya buntu perasaannya tidak enak beberapa kali ia menelpon namun tidak ada yang mengangkat ia kembali bertanya
"Kau mengenal pemuda ini?" Pemuda itu terdiam
"Aku melihatnya satu jam yang lalu digudang kosong tidak jauh dari sini, tuan"
"Terima kasih" Chris segera pergi menuju mobilnya ia tahu gudang yang dimaksud pemuda itu.
"Rami?" Pekiknya hingga matanya terbelalak"Bertahanlah anak bodoh" ia menutup luka Rami dengan tangannya ia menelpon ambulance kemudian polisi
"Kau ini sudah aku katakan mereka bukan teman yang baik pantas orang tuamu menyerah" ia seperti bicara sendiri.Wanita paruh baya itu masuk perlahan ia mengantar makan malam untuk kedua majikannya, Rami setelah dirawat Chris meminta agar sisanya ia akan mengurus Rami ia kepala rumah sakit jadi itu bukan masalah.
"Tuan Rami masih belum bangun"
"Ya bik, bocah ini tidak hentinya membuatku khawatir"
"Tapi saya yakin anda sangat mencintanya""Dia juga tanggung jawabku bik"
"Dia anak yang baik hanya salah dalam pergaulan saja, tuan"
"Bibik benar" Chris duduk ditempat tidur ia baru selesai ganti perban dan ia membelai surai Rami dan tersenyum
"Tuan, apa itu benar?"
"Apa yang benar bik" dahi Chris berkerut
"Kalau tuan Rami lagi isi" Chris tersenyum mengangguk membuat wajah wanita itu sumringah
"Beruntung lukanya ditepi dan ia harus beristirahat total, cukup dalam tapi ia akan baik baik saja" wanita itu mengelus dada lega setidaknya tuan mudanya yang sering menjahilinya itu baik baik saja.Rami membuka matanya ia mengenal ruangan ini, itu kamarnya dan Chris oa menemukan Chris tertidur sambil bersandar di dipan tempat tidur dengan satu tangan menggenggam erat tangannya
"Daddy Chris" bisiknya hingga ia tersadar dari tidurnya
"Kau sudah bangun, bagaimana perasaanmu apa masih sakit?" Rami hanya mengangguk ia mengeratkan genggamannya
"Jangan dipikirkan lagi yang penting kau selamat dan calon anak kita selamat" Rami terkejut dengan ucapan Chris."Daddy dimana bik?"
"Loh tuan Rami kok bangun"
"Aku sudah baikan bik, dimana daddy" wanita itu tersenyum
"Tuan Chris sedang ada urusan sebentar, tuan ingin sesuatu?" Rami hanya menggeleng ia meraaa bersalah selama ini ia sering membantah ucapan Chris dan Chris tetap sabar dengannya tidak pernah membentaknya atau membalas sekuat ucapannya."Tuan baru datang, tadi tuan mida mencari anda" Chris menoleh
"Terima kasih bik" Chris langsung menuju kamar mereka" Rami menolehnya ia tersenyum Chris duduk disampingnya
"Ada apa hmmm kau ingin sesuatu?" Rami menggeleng ia menyandarkan tubuhnya ke Chris
"Maaf kalau aku sering menyusahkan dan membuat Daddy cemas"
"Sudah aku bilang jangan dipikirkan Rami, konsentrasi ke kesehatan mu dan anak kita" tangan Chris mengusap punggung Rami
"Aku sangat beruntung karena orang tuaku memilih orang yang tepat" Chris menoleh ia mencium dahi dan pucuk kepala Rami.Chris pulang terlambat ia dikejutkan dengan Rami yang ketiduran disofa sepertinya ia menunggu Chris pulang, ia tersenyum Chris menghampirinya dan menggendongnya bridal style jelas sekali Rami sangat mengantuk ia tidak terbangun saat ia digendong sampai diletakkan ditempat tidur Rami banyak berubah setelah kejadian itu.
"Tuan" Chris terkejut pikirannya kemana mana
"Bibik bikin kaget saja" wanita itu terkekeh
"Tuan melamun rupanya, maaf tuan"
"Bik aku melihat Rami banyak berubah ya" wanita itu mengangguk pelan
"Ya tuan, tuan muda lebih banyak dirumah"
"Baguslah" Chris pergi kekamar denga segelas susu ditangan.Chris menarik tubuh Rami mendekat dan mendekapnya posesif
"Itu hanya mimpi Rami" bisiknya pelan kemudian menciumi wajah dan pucuk kepala Rami
"Aku pikir mereka temanku, mereka hanya memanfaatkanku mereka ingin uangku untuk obat obatan hingga aku menolak mereka marah dan menikamku tapi aku bersumpah aku tidak pernah menyentuh barang barang itu Daddy"
"Rami aku tahu kau anak yang baik dan aku yakin kau tidak akan menyentuh barang barang terlarang" Rami memeluk tubuh Chris dengan sangat erat
"Daddy seharusnya aku mendengarmu bukan mereka"
"Sudah sudah nanti anak kita jadi sedih juga" wajah Rami langsung berubah merah ia jadi malu
"Ah iya maaf" Chris tersenyum ia mencium bibir Rami lembut
"Ini minumlah" Chris mengambil susu dimeja dan membantu Rami minum hingga tak tersisa
"Ini enak, tapi tumben?" Chris jadi gemas
"Ini susu hamil" Rami menyembunyikan wajahnya didadaChris ia malu setiap kali Chris mengungkit kehamilannya sekaligis bahagia karean Chris semakin perhatian dan lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya dibanding dengan dulu ia membuat Chris pusing hingga Chris lebih banyak waktu dirumah sakit dibandingkan dirumah kalau hanya untuk berdebat.End