Magnus menelan air ludahnya memandang Alec dan Jace bergantian ia vergidik ngeri keduanya mengeluarkan aura bersaing yang mengerikan.
"Matilah aku" pikirnya.
Keduanya memegang erat pergelangan Magnus keduanya tidak mau melepaskan, duh Magnus ingin menangis sekarang juga
"Kalian berdua menakutkan" cicitnya pelan dan sial keduanya memandang dingin kearahnya."
Pilih aku atau dia, Magnus?"
"Alec aku ...."
"Cepat putuskan"
"Jace anu..."
Keduanya menyudutkan Magnus hingga ia merasakan dinding dipunggungnya ia bergidik melihat seringai keduanya mereka parabatai jadi perasaan mereka terhubung
"Kalian mengerikan"
"Kami sudah bilang unuk memilih tapi kami berubah pikiran" mata Magnus mendelik ia bersiap hendak lari namun telat
"Maryse anak anakmu" bisiknya
Maryse yang di institut tersedak saat minum
"Sialan siapa yang mengingatku" makinya."Magnus kenapa kedua anakku bertingkah aneh beberapa hari ini?" Magnus menelan air liurnya susah payah ia masih merasakan sakitnya
"M-m-mana aku tahu"
"Mengapa kau gugup?"
"Tidak, apa kau tidak lihat A-aku sedang sibuk ini membuat laporan"
"Hei nanti malam minum yuk sudah lama kita tidak minum bersama di Pandemonium"
"Aku tidak bisa"
"Kau tidak asyik dan kau juga seperti mereka bertingkah aneh kalian merahasiakan sesuatu ya?" Magnus menggeleng cepat.Mereka datang disambut oleh Magnus dengan wajah dingin Izzy mundur ia ngacir
"Kalian berdua keruanganku sekarang" Alec dan Jace saling pandang dan berjalan dibelakang Magnus.
Magnus mengunci pintu ruangannya dan ia beruntung ruangannya kedapa suara
"Ada apa kangen sama kami" Alec tertawa mendengar Jace
"Diam kalian berdua"
"Owh kucing manis ini sedangpms sepertinya" keduanya mendekat dan Magnus mundur
"K-kalian ini diInstitut, aku harus bicara dengan kalian"
"Baiklah, katakan" keduanya menyilangkan tanganya tidak lama mendengar Magnus keduanya terdiam kemudian tertawa membuat wajah Magnus merah padam antara malu dan marah.