Jonathan malas melayani ke kepo an temannya tentang siapa ayah dari anaknya
"Itu bukan urusanmu" ia berujar ketus
"Aku hanya tidak mengerti membesar anak seorang diri itu pasti akan sulit"
"Tidak juga aku menikmatinya" Jonathan memandang putranya bermain pasir dikotak pasir belakang rumahnya
"Tetap saja ngaku saja"
"Ian aku serius tapi yah awal awal memang sulit lama lama jadi terbiasa dan aku menimatinya"
"Kau tidak meminta pertanggung jawabannya?" Jonathan tersenyum kecut
"Dia....tidak mengakuinya bahkan ia menghinaku jadi tidak lagi" Ian terdiam ia ikut prihatin ia merangkul temannya memutuskan tidak akan bertanya lagi.Ulliel merindukannya dan ia sadar ia sudah bersikap buruk menuduhnya yang tidak tidak padahal tuduhannya tidak beralasan
"Mengapa kau tidak menemuinya?"
"Ibu aku yakin ia membenciku"
"Tapi ia merupakan calon menantu dan anak kalian adalah cucuku"
"Ibu yakin?"
"Sangat yakin bawa dia kepada ibu setelah ia memaafkanmu"
"Baiklah aku coba"
"Jang dicoba tapi yakin kau akan mendapatkan maafnya" Ulliel mengangguk kali ini ia tidak mau kehilangan keduanya selama ini ia sudah mengawasi keduanya."Boleh duduk disini?" Jonathan hanya bedehem saja tanpa menoleh memang tempat ia sarapan sangat ramai dan penuh
"Kau tidak pernah berubah" Jonathan mengangkat wajahnya ia terkejut itu sosok yang ia tidak pernah ingin temui seumur hidupnya.
Ia bangkit namun tangannya tertahan
"Lepas"
"Duduklah sarapanmu belum habis"
"Aku sudah tidak selera setelah melihatmu" Jonathan mencoba menarik tangannya namun tidak bisa
"Temani aku sarapan"
"Tidak sudi aku manusia kotor bagimu, cari saja orang orang suci diluar sana yang rela ngangkang buat mu sendiri" Jonathan menarik keras tangannya masa bodoh dengan rasa sakit ia segera berlalu pergi.