"Kau menitipkan seorang remaja kepadaku?"
"Ayolah Ryan hanya sampai aku sukses dan bisa membawanya bersamaku dia adik dan keluargaku satu satunya ia berbeda ia istimew, mau ya?" Ryan berpikir sejenak
"Hmmm bagaimana ya?"
"Dia pandai memasak dan mengurus rumah"
"Boleh boleh" Ryan langsung setuju ia butuh itu."Berhenti memandangiku seperti itu" Ryan terkejut wajah Luna jauh berbeda begitu juga tubuhnya dengan kakaknya
"Kau sangat...."
"Sangat apa ?" Ryan tidak menjawab ia pikir ia menyukai Luna.
"Pagi" mata Luna terbelalak ia merasakan pinggangnya dipeluk dari belakang dan Ryan meletakkan dagunya di bahu Luna
"A-apa yang kau lakukan?"
"Masih ngantuk hmm kau sangat nyaman dipeluk" suara Ryan jelas menunjukkan ia masih mengantuk
"Lepaskan aku jangan peluka peluk sembarangan dasar mesum" Luna berbalik dan berusaha mendorong Ryan namun Ryan malah mengeratkan pelukannya.Terdengar suara terbahak bahak dari seberang telepon saan Ryan menceritakan kalau ia digampar Luna pagi pagi, Ryan kesal ia langsung mematikan panggilan telpon.
Luna mendelik ia langsung mengambil jus kotak dari Ryan
"Dasar jorok, pakai gelas dong"
"Udah biasa kali, Lun"
"Mulai sekarang pake gelas" lengannya dicekal Luna terkejut
"Lepas sakit Ryan" Ryan menariknya kedalam pelukannya Luna terua melawan hingga ia mencium bibir merah Luna gerakan tubuh Luna berhenti Ryan menyeringai, Luna bergidik ngeri.
Ryan berdiri disudut kamar ia terdiam memandang sosok di tempat tidur Ryan menyesal ia tidak sadar ia sudah terlalu jauh.