Justin panik ia berlarian dilorong rumah sakit perasaan tadi pagi suaminya baik baik saja hingga tiba tiba pelayan menghubunginya mengatakan kalau Ulliel mengeluh sakit, ia menghampiri wanita setengah baya yang duduk gelisah
"Bik, apa yang terjadi?"
"Tuan Ulliel mengeluh sakit dan tiba tiba ia jatuh tidak sadarkan diri"
"Apa kata dokter?"
"Dokter sedang memeriksanya tuan" tak lama dokter keluar ia tersenyum
"Siapa keluarga atau ehm...eh anu suaminya?" Dokter tampak ragu"Saya suami dan hanya keluarga yang ia punya"
"Bisa kita bicara diruangan saya?" Justin mengangguk ia mengikuti langkah dokter setelah meminta pelayan itu meneman Ulliel sampai ia selesai bicara dengan dokter.Ia menghembuskan nafasnya pelan rasanya dadanya sesak ia tidak pernah menginginkan anak dalam pernikahan mereka ia tidak tahu kalau Ulliel itu istimewa, Justin membuka pintu sangat pelan ia disambut Ulliel dengan tersenyum
"Masih sakit" Justin duduk dikursi dekat tempat tidur dan pelayan itu duduk disofa
"Tidak, maaf aku tidak tahu apa yang terjadi"
"Kau.....hamil Ulliel" ruangan sangat sepi bahkan pelayan itu ia senang tapi ia tidak berani tersenyum ia tahu majikannya tidak suka dengan anak anak dan Ulliel senyumnya pudar ia sudah membayangkan hal buruk dalam pernikahan mereka
"Aku....aku tidak tahu sunggu Justin aku..." ia mencoba menggenggam tangan Justin namun Justin menarik tangannya menjauh
"Istirahatlah" Justin bangkit
"Bik temani tuan Ulliel, saya harus kembali kekantor" pelayan itu mengangguk pelan kepergian Justin wanita tersebut sibuk menghibur Ulliel hubungan mereka sangat dekat seperti orang tua dan anaknya sendiri.