Riuh tepuk tangan setelah mereka dinyatakan resmi menikah Letto bahkan tidak membalas ciuman suaminya, para tamu mengucapkan selamat Letto memilis tersenyum atau orang tuanya menggantung dan mengulitinya hidup hidup ya ia terpaksa karena orangnya terlilit hutang dengan suaminya.
Letto duduk jantungnya berdebar hingga pintu terbuka Timothy membawa nampan berisi makanan dan minuman diletakkan di meja dekatnya aroma parfum maskulin tercium dari suaminya"Kata orang tuamu kau belum makan apapun dari kemarin, makanlah aku tidak mau kau sakit"
"Aku tidak lapar" pelan tapi masih terdengar
"Kapan kau akan makan? Atau aku suapi" Letto panik
"Ah uh tidak jangan ya ya aku makan aku makan" Timothy tertawa renyah
"Pelan pelan nanti kau tersedak" Letto memperlambat gerakan makannya wajah nya merah menunjukkan ia sangat malu.Timothy sangat sabar kepadanya yang pecicilan Letto merasa berdebar setiap kali ia berdekatan dengan suaminya ingin rasanya ia menyembunyikan wajahnya dilaci pakaian saja, Timothy tahu apa yang dirasakan Letto dari wajah dan tindak tanduknya.
"Apa yang ibu katakan mana mungkin aku kan laki laki"
"Tidak nak kau spesial karena itu kami over protecting dan mengawasimu sebelum menikah"
"Aku tidak percaya, kalian bohong ya agar..."
"Tidak bahkan Timothy sudah tahu, ia sangat senang mengetahuinya"
"Kalian juga menginginkannya"
"Tentu saja nak kau anak kami satu satunya bagaimana mungkin tidak"
"Baiklah" Letto lemas.Letto mengaduk aduk makanannya dan Timothy baru selesai makan Letto bahkan tidak memakan makanannya
"Ayo sini aku suapi"
"Aku sedang tidak ingin"
"Baiklah, ada apa?" Letto menggeleng
"Aku sedang tidak semangat"
"Habiskan Letto, aku akan lembur diruang kerjaku" Timothy bangkit dan mencium atas kepala Letto.