Rhys menyentuh pipinya yang terasa panas dan perih sambil menghapus noda darah disudut bibirnya ia tidak tahu harus kemana dan ia tidak sudi menangisi nasibnya dan apa yang ada diperutnya saat ini hanya itu yang tersisa.
Foto itu mereka terima dan penuh dengan tanda tanya siapa sosok ini dan kenapa bos mereka ngotot mencarinya
"Temukan dia aku tidak mau tahu bagaimana caranya"
"Baiklah bos" mereka langsung bubar meninggalkan sosok itu duduk memikirkan nasib pria itu kecil itu.Seseorang masuk bersama sekelompok orang dengan kepala tertutup kain hitan dan ia didudukan paksa mereka segera pergi saat bos mereka megusir mereka dengan lambaian tangan, ia menghampiri pria kecil itu dan membuka topengnya dan membuka kain yang membekap mulutnya langsung ia meronta
"Lepaskan aku ap yang kalian.." ucapannya terhenti tatkala pria itu menciumnya hingga ciuman itu semakin panas hingga pria itu menghentikan ciumannya dan membiarkan pria didepannya meraup udara sepuasnya nya denga wajah memerah."Aku tidak mengingat malam itu karena saat itu aku sangat mabuk" ia menyandarkan tubuhnya dengan tang diperutnya bersandar memandang Timothy yang terduduk di meja memandangnya dengan senyum
"Maafkan aku dan aku juga minta maaf atas tindakan anak buahku kepadamu" Rhys menggeleng
"Itu tidak seberapa" Rhys menunduk membuat Tymothy mendekat dan menahan dagunya mengangkat wajah itu mereka saling pandang
"Kau memiliki mata yang indah" pujian itu membuat Rhys bersemu.