Mereka berhadapan, Ansel menunjukkan pintu keluar pada Adam "Kami tidak membutuhkan penari baru, jadi silahkan keluar" "Baik, maaf sudah mengganggu" Adam berjalan gontai ia mempertaruhkan dirinya namun hasilnya mengecewakan tapi salahkan ayahnya yang punya hobi memberi tanda biru dan luka ditubuhnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jangan katakan apapun Harry, aku tidak ingin pendapat darimu" "Benarkah? Meski ini untuk kepentingan tim kita, kautidak mau mendengar saranku" "Harry satu masuk formasi berubah" "Oh ayolah Ansel, kompetisinya masih dua bulan" "Aku tahu, tetap saja aku tidak mau"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dengar, anak itu mungkin membawa keberuntung tim, kita ubah sedikit formatnya maka semua akan baik baik saja dan kita memenangkan kompetisinya" Ansel terdiam memang benar yang dikatakan temannya "Kau benar, kita pertaruhkan tim untuk pertama dan terakhir".
Adam seperti anak kecil ia tidak perduli dengan Ansel dan Harry yang menertawakan tingkahnya "Kau lucu, aku suka" Adam memeluka Harry "Kalian orang baik, aku suka" "Aku akan memperkenalkan yang lain padamu" Sepeninggal keduanya Ansel tidak paham kenapa ia setuju usulan Harry dan suka akan keceriaan Adam
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ansel memandang dari kejauhan ia sedang bersama yang lain, Harry duduk disamping Ansel "Pemandangan yang menyenangan bukan" Ansel menjitak kepalanya "Ah sakit bego" "Kalau bicara pakai saring bukan ember bocor" "Lu pikir gue buta?" "......." Harry ngakak dan ia dirangkul Ansel diunyel unyel "Ampun Ansel gua bercanda hahaha" "Rasain itu" Adam yang melihatnya langsung murung memalingkan wajah, ia bangkit dan berjalan pulang dengan tas punggung usang berjalan pergi keluar.
