Benar dugaan Paing dan hai ini puncaknya ia meraaa ada yang membebani Harry hingga mereka hampir kehilangan calon anak mereka, Paing ingin marah tapi tidak bisa mana mungkin ia bisa dan itu juga bulan mutlak salah Harry.
"Aku tidak tahu, bun" Ia sedamg menelpon mertuanya di Amerika memberi kabar
"Ia masih belum bangun, kata dokter ia mengalami pendarahan sepertinya ia sedang stress"
"Begitu ya bun, baiklah....sudah dulu bun sepertinya Harry sudah bangun" ia diberitahu perawat yang memeriksa Harry."Ada apa Harry, kenapa kau simpan semuanya sendiri aku akan menjadi pendengar untukmu kita bisa cari solusi sama sama"
"Maaf, aku takut kau akan kecewa padaku aku hampir membunuhnya" Harry terisak pelan"Ssssttt aku tidak marah lebih tepatnya aku tidak bisa, Harry...melihat mu begini aku merasa tidak berguna"
"Apa.....kau mencintaiku?"
"Saat aku melihat fotomu jadi ya, aku jatuh cinta sampai sekarang kau semua yang memiliki apa yang aku inginkan" tangis Harry makin jadi ia jadi kelabakan sendiri.Harry baru pulang ia diperintahkan bed rest jadi ia hanya menghabiskan waktu ditempat tidur sesekali ia mengerjakan tugas kuliah, membaca atau sekedar nonton ia tidak suka diam saja walaupun ditempat tidur
"Harry ini sudah larut, tidurlah kau harus banyak istirahat"
"Sedikit lagi Paing" tangannya sibuk mengetik dan matanya fokus ke laptop"Sudah cukup" Paing mengambil laptopnya dan menyimpan berkasnya kemudian mematikannya dan Harry manyun
"Jangan begitu, nanti aku khilaf" bergegas Harry bersembunyi di dalam selimut hingga ia benar benar tertidur dan Paing hanya tertawa pelan melihat tingkah Harry ia benar benar mencintai bocah yang hanya tiga tahun lebih muda darinya.