"Beneran kakak yang ngundang kamu, Sea?" tanyaku hati-hati, sekaligus gugup. "Maaf ya kalau ngerepotin."
"Nggak lah, Chan. Aku malah seneng hari ini jadi punya kegiatan. Kamu kok nggak bilang, sih, kalau kakakmu mau nikah hari ini?"
"Ya ... kenapa juga ya?" Aku terkekeh. "Takut diledekin sama yang lain. Maksudku, um, takutnya kamu jadi nggak nyaman."
"Kenapa aku harus nggak nyaman?"
"Ya ... karena ini kan nikahan kakak tuh. Pasti bakal banyak saudara atau temennya kakak, atau siapa lah itu yang nanya kapan aku nyusul," Aku tertawa canggung, soalnya, benar-benar tanpa diduga kedatangan Sea ini. "Kalau pada lihat aku sama kamu, nanti kamu juga ditanyain begitu dikiranya pacar aku. Padahal kan—"
"Apa?"
"Sea, maaf ya kalau misal ini dadakan dan nggak romantis." Aku menegakkan tubuh dan memainkan jemari tangan dengan gugup. "Jadi pacarku yuk?"
"Yuk."
"Hah?" Aku makin bingung dibuatnya. Mataku kini fokus menatap perempuan yang duduk di hadapan, yang tengah mengulas senyum lebar. "Kamu denger kan tadi aku nanya apa?"
"Dengar," Sea mengangguk. "Kamu ngajakin aku pacaran dan aku iyain."
"Beneran?"
"Gimana," Sea tertawa, lalu menepuk pipiku pelan. "Maunya aku bohongan?"
"Enggak, maksud aku—"
"Chan, kita tuh udah hampir setahun loh ada di masa-masa pendekatan. Udah hampir setahun jalan bareng dan chattingan dari pagi sampai pagi lagi. Jujur nih, aku sempet beberapa kali kepikiran kalau kamu nggak maju-maju untuk nembak aku, aku yang mau ngomong duluan."
"Oh, udah setahun?"
Sea mengangguk. "Hampir, Chan. Hampir setahun. Gimana? Ini jadi kan?"
Aku tertawa dan tubuhku sedikit lebih rileks ketimbang beberapa menit sebelumnya. Refleks, aku mengusap dahi dan menyisir rambut ke belakang, pertanda sudah lega. "Iya, Sea, makasih ya. Dan maaf."
"Maaf untuk yang mana lagi?"
"Maaf udah bikin kamu nunggu lama." Aku mencondongkan tubuh untuk merengkuh Sea ke dalam pelukan, dan dia membalasnya. "Jadi, kita pacaran?"
"Iya. Kita—"
"Lee Chan, mau dinikahin sekalian hari ini?" Adalah pertanyaan yang meluncur dari bibir Papa, yang berdiri beberapa meter dari kamiㅡmenggandeng lengan kakak yang tampak tertawa lebar. "Ayo turun. Sea juga ya?"
•••Membayangkan aku yang berdiri di depan sana, menggenggam tangan Sea lalu mengucap janji suci pernikahan ... agaknya terlalu jauh. Kami baru saja resmi berkencan beberapa jam lalu, kami juga masih berstatus mahasiswa dan aku yang belum punya apa-apa; jelas jauh berbeda dengan Kak Junhui yang bangun tidur saja sudah dapat segepok uang dari hasil penjualan beberapa cabang. Kalau aku dan Sea menikah, dia makan apa dong?
"Chan."
Sebuah bisikan pelan dan tepukan di paha kiri membuatku otomatis merendahkan kepala untuk mendengarkan Sea. "Ya?"
"Kak Junhui tinggi banget ya?"
"Itu sepatunya ada insole-nya lagi, Sea. Kakakku kan pakai heels setengah meter tuh kayaknya," Sea terkekeh mendengar gurauanku. "Kak Junhuinya nggak mau kalah juga jadi ya begitu."
"Tetep aja aslinya tinggi nggak, sih? Aku tuh beberapa kali lihat mukanya di majalah enterpreneur."
"Kamu baca majalah enterpreneur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine 2.0
FanfictionBook 2 of SEVENTEEN IMAGINE contains: 1. Hoshi's story - Workaholic [✅] Kwon Soonyoung, head of choreography department, love to dance and spending almost 24/7 in the office. Problem is coming when he started to cheat on his wife with his co-worker...