Seokmin - Rewind [2]

5.8K 756 39
                                    

Aku memutuskan untuk meninggalkan ranjang saat menengok jam dinding di kamar yang sudah menunjukkan pukul 11 siang. Seokmin masih terlelap dan aku membiarkannya—mengingat dia baru tidur pukul dua dini hari setelah menjadi sandera sepupuku semalam.

Kalau boleh jujur, aku juga masih lelah dan ingin tidur lebih lama. Tapi, belasan sepupuku yang masih menginap di rumah pasti nggak akan tinggal diam. Mereka akan mengerjaiku habis-habisan dan menuduhku macam-macam soal malam pertama yang bahkan belum sempat aku lakukan.

Aku masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan keran air panas yang mengalir ke dalam bathtube, menuangkan sabun beraroma vanila, dan menyalakan lilin aromaterapi dengan wangi sama. Keluar lagi untuk mengambil bathrobe, menggantungkannya di balik pintu sebelum melepas piama dan melompat ke dalam bathtube. Woah, menyenangkan sekali. Rasanya pegal-pegal di seluruh tubuhku hilang seketika.

Sejujurnya, aku bukan tipikal orang yang suka menghabiskan waktu berlama-lama di kamar mandi dan berendam nggak pernah menjadi kebiasaanku—ini sebuah pengecualian setelah acara besar seharian kemarin.

Oh, dan aku sedang membutuhkan personal space untuk memikirkan obrolanku dengan Seokmin pagi tadi.

Tentang Yuna.
_____

Sebelum menikah denganku, Seokmin tentu saja pernah beberapa kali menjalin hubungan romantis. Ada empat orang yang pernah singgah di hatinya, yang aku lupa siapa saja namanya—kecuali Yuna.

Seorang cewek tinggi-ramping dengan rambut panjang berponi yang luar biasa cantik. Aku nggak sengaja bertemu dengannya di salah satu kafe beberapa bulan lalu. Aku dan Seokmin berkencan, Yuna dengan teman-teman band-nya menyanyi di sana. Awalnya, aku nggak peduli—tapi aku menyadari ketika perhatian Seokmin mulai terbagi. Lagaknya mendengarkan ceritaku, tapi sudut matanya terlampau sering melirik ke arah panggung mini di sebelah kirinya.

Kami bertengkar sepulangnya dari sana, berujung satu minggu kemudian dia menjelaskan semuanya.

Katanya, dia panik karena tanpa diduga bertemu lagi dengan Yuna Choi. Cewek itu adalah mantan pacarnya yang meninggalkannya hampir empat tahun lalu dan nggak terdengar lagi kabarnya sampai hari itu—hari di mana kami bertemu di kafe.

Aku kesal, itu berarti ada kemungkinan Seokmin masih mencintainya. Tapi dia berhasil membuatku yakin, kalau Yuna adalah sepenggal kisah masa SMA yang sudah dilupakannya dan aku adalah calon masa depannya.

Wow, mengejutkan juga ya dia pernah menyusun kalimat seperti tadi? Mengingat normal habit-nya adalah beagle-man.

Tapi dia nggak bohong dan berhasil menepati omongannya. Buktinya, pagi tadi aku menemukan tubuhku meringkuk dalam pelukannya—di atas ranjangku, di kamarku, di dalam rumahku—setelah melewati rangkaian upacara dan resepsi pernikahan yang cukup melelahkan.

Cup.

Aku terkesiap menyadari tangan Seokmin baru saja melingkar di leherku—menyusul bibirnya yang sempat mendarat di rahang kananku satu detik sebelumnya. Dia memelukku, menatap mataku melalui cermin rias yang ada di hadapan kami.

"Terlalu wangi sampai aku nggak bisa tidur lagi," katanya sebelum mencium puncak kepalaku—yang masih basah sehabis keramas—dengan lembut. "Kamu mikir apa? Kok sampai kaget aku samperin?"

"Enggak mikir apa-apa," jawabku berbohong, sembari mengulas senyum tipis—mengangkat tangan kiriku untuk menyentuh lengannya dan mengusapnya lembut. "Kamu mau mandi?"

"Boleh. Tolong siapin airnya ya, aku ambil baju ganti sebentar—di luar. Koperku yang satunya ada di kamar Chan."

Aku mengangguk dan Seokmin melepaskan tangannya sebelum berbalik. Dia berjalan keluar meninggalkan kamarku untuk mengambil baju ... dan aku bisa mendengar ribut-ribut di luar. Sepupuku, sepertinya mulai menghujani Seokmin dengan pertanyaan-pertanyaan absurd.
_____

Seventeen Imagine 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang