Jeonghan - Escape [2]

5.8K 714 68
                                    

Aku menghabiskan waktu di pagi hari dengan mandi, merapikan rumah, mencuci pakaian, dan memasak untuk makan siang sementara Jeonghan dan Cheonsa tidur berdua di kamar utama. Was-was juga sih sebenarnya–aku takut kaki jenjang Jeonghan bertingkah dan menubruk tubuh mungil Cheonsa. Tapi enggak, beberapa kali aku mengecek, putri kecilku aman dalam pelukan ayahnya.

Baru sekitar pukul sebelas siang, aku berjalan cepat menuju kamar utama begitu mendengar rengekan Cheonsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru sekitar pukul sebelas siang, aku berjalan cepat menuju kamar utama begitu mendengar rengekan Cheonsa. Bayiku itu menangis sementara Jeonghan setengah sadar menepuk-nepuk tubunya dengan mata terpejam. Menggemaskan–keduanya, bayi-bayiku.

"Sa-yii, sini sama bunda," kataku sambil naik ke atas tempat tidur–menarik Cheonsa dan berniat membawanya keluar. Dia belum mandi, baju tidurnya juga belum kuganti, jadi aku berniat membawanya ke kamar bayi untuk mengelap tubuhnya dengan air hangat dan mengganti baju sebelum makan siang. Tapi, tangan kiri Jeonghan menepuk lenganku pelan.

"Di sini aja. Aku kan juga kangen sama bundanya Sa-yii," katanya pelan. "Capek ya habis beres-beres rumah sendirian?"

Cheonsa yang kini berada dalam gendonganku sudah tenang–enggak lagi menangis seperti beberapa waktu lalu. "Enggak kok, biasanya juga gitu, Han. Sebentar aja ya, baju Sa-yii kan ada di kamarnya semua. Habis itu balik lagi."

"Jangan lama-lama ya."

"Hm-m." Aku mengangguk dan melangkah turun dari tempat tidur dengan hati-hati karena Cheonsa berada dalam gendonganku, melingkarkan tangannya di leherku. "Sa-yii belum sarapan mau makan apa yaaaaa? Mau yang manis atau yang asiiiiin?"

Dia menggumam nggak jelas karena bicaranya memang belum lancar dan aku mencium pipinya gemas. Rasanya, gemasku nggak habis-habis kalau melihat dua orang Yoon ini. Yoon Cheonsa, Yoon Jeonghan.

Begitu sampai di kamar bayi, aku mengganti baju tidur Cheonsa, mengelap seluruh bagian tubunya dan nggak lupa menyemprotkan parfum bayi supaya tetap wangi sepanjang hari meskipun enggak mandi. Sebenarnya, aku berniat langsung kembali ke kamar utama karena Jeonghan berpesan untuk jangan berlama-lama. Tapi ... meskipun Cheonsa sudah hampir berusia dua tahun ... aku masih malu menyusuinya di depan Jeonghan.

Jadi, aku memutuskan untuk tetap tinggal di kamar bayi sampai Cheonsa selesai minum.

Baru saja selesai mengancingkan baju dan berniat kembali ke kamar utama, aku dikejutkan dengan sosok Jeonghan yang sudah berdiri di pintu kamar bayi sambil berkacak pinggang. Rambutnya berantakan dan wajahnya masih pucat tapi dia memberengut lucu sambil menatapku.

"Dibilang jangan lama-lama juga," katanya sebelum berjalan mendekat dan mengambil alih Cheonsa dari gendonganku–menciumi pipi dan kepala anaknya bertubi-tubi sebelum mencium pipi kiriku sekilas. "Kenapa sih? Masih malu?"

Aku hanya mengulas senyum dan berlalu untuk menjemur wash-lap sementara Jeonghan mengikuti di belakang. "Mau masak buat makan siang?"

"Aku udah masak buat makan siang kita. Ini mau bikin makan buat Sa-yii dulu," jawabku sambil berjalan menuju dapur. Jeonghan menarik kursi dan mendudukkan Cheonsa di atas meja makan–bermain di sana. "Han, omong-omong, kamu nggak mau mandi? Aku siapin air hangat kalau mau."

Seventeen Imagine 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang