Hoshi - Workaholic [9]

9.9K 1.1K 100
                                    

"Lisa mana, Ten?" tanyaku begitu sampai di meja makan dan hanya menemukan dia tengah menata sarapan. Lisa sudah nggak ada di sampingku waktu bangun tadi.

"Keluar sebentar sama temennya, nanti jam 10 pulang." Ten mengulurkan satu set peralatan makan buatku sambil mengulas senyum. "Kamu sehat?"

"Lumayan," jawabku sambil menerima satu set peralatan makan. "Aku nggak kena morning sick, mualnya muncul sesuka hati dia."

"Kamu pasti belum jadi periksa ke dokter karena kebanyakan berantem." Ten memberiku satu centong nasi, dua potong sosis, dan satu buah telur. "Mau sama aku?"

"Enggak usah, kamu pasti sibuk. Lagipula, Soonyoung baru jadi sorotan sekarang. Kalau media nemu foto kita di dokter kandungan, bisa lain lagi ceritanya." Aku mengulas senyum tipis. "Nanti aja kalau beritanya udah mulai pada turun."

"Kamu nggak buka internet kan?"

"Sekali aja, waktu malam itu. Habis itu enggak."

"Good girl," kata Ten sembari menepuk-nepuk puncak kepalaku. "Dimakan, sampai habis biar sehat terus."

"Thanks."
_____

Ten pergi kerja setelah Lisa pulang dari rumah Rose. Adik perempuannya yang satu ini, punya karakter yang sedikit beda. Maksudku, mereka sama-sama baik dan perhatian dengan caranya masing-masing. Kalau Ten lemah lembut, Lisa lebih ramai.

"Aku bawain cakwe nih, mau nggak?" tanyanya sambil mengeluarkan sepotong cakwe dari tas plastik yang kuterima dengan senang hati. Dia juga mencomot satu setelahnya. "Kak, kamu semalam tidurnya nggak nyenyak. Pikirannya masih penuh ya pasti?"

Aku mengangguk.

"Nanti malam aku pasang aromaterapi," kata Lisa sambil ketawa. "Tapi serius, kamu sampai nangis pas tidur sih, Kak."

"Iya?"

Yang satu itu, mengejutkanku. Lisa mengangguk. "Kak Soonyoung itu—eh nggak usah kalau nggak mau cerita. Nanti aku dimarahin Ten kalau bikin kamu nangis."

"Nggak pa-pa. Toh aku ke sini biar nggak sendirian di rumah dan ada temen cerita, Lisa. Kamu mau dengar apa? Yang mana."

"Nggak." Lisa menggeleng. "Cuma ... yah, selama ini aku selalu lihat Kak Soonyoung itu sayang banget sama kamu. Aku nggak nyangka aja dia bisa ... apa istilahnya—itulah, di belakangmu."

"Dia bilang lagi capek, butuh pelarian dari pekerjaan dan yang ada di sana perempuan itu." Aku mengambil napas dalam-dalam karena dadaku sakit lagi. "Aku nggak bisa selalu di sampingnya. Salahku juga."

"Oh, God. Kamu nggak bisa nyalahin diri sendiri kayak gini. Cheating, apapun bentuknya dan apapun alasannya itu salah. Dan kamu selalu di sampingnya, Kak, kamu nggak pernah pergi dari dia."

"Perempuan itu punya jauh lebih banyak waktu sama Soonyoung. Mereka ada di lingkungan kerja yang sama."

"Kak Soonyoung bisa pulang kapan pun dia ... butuh kamu—maksudku, kamu selalu ada di rumah."

"Yea, entah. Kayaknya dia memang ada rasa sama perempuan itu. Aku nggak tahu, Lis. Menurutmu aku harus gimana? Aku sayang dia, tapi aku takut dia pergi lagi."

Lisa menatapku dengan tangan kanan yang menggantung memegang cakwe. "Kamu bener-bener jatuh cinta sama Kak Soonyoung."

Aku mengulas senyum canggung. "Aku sama Soonyoung—mau punya bayi juga. Aku nggak bisa egois."

"Wow, really one of a kind." Lisa mengejutkanku dengan menghambur ke dalam pelukanku secara tiba-tiba. "All the best for you! Pokoknya apapun keputusan yang kamu ambil nanti, Kak, aku sama Ten pasti bakal dukung. Dia itu sayang banget sama kamu."
_____

Seventeen Imagine 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang