"Aku nggak pulang dari Jeju untuk lihat wajah begini," kata Seungkwan sembari menyentil daguku. "Kenapa? Sakit?"
"Enggak," aku menggeleng sebelum ganti mengulas senyum lebar. "Flight-mu kepagian. Harusnya, aku masih tiduran di kasur sambil dengerin lagu."
"Dan belum mandi."
"Dan belum mandi." Aku terkekeh. "Jadi, gimana liburannya? Udah selesai kangenan sama mama?"
"Sedetik setelah pesawatnya terbang dari Incheon, aku kangen sama kamu. Pengin buru-buru balik ke sini." Seungkwan menyisipkan tangan kanannya melewati lengan kiriku sebelum menggenggam tanganku erat. "Tapi, detik ini aku udah kangen lagi sama mama."
"Huh–pulang aja lagi."
"Ngambek terus," Seungkwan tertawa puas. "Jadi, kelas kita mulai satu jam lagi?"
"Hm-m. Tapi, karena ini pertemuan pertama, kemungkinan cuma perkenalan dan pulang lagi," jawabku. "Mau makan siang bareng?"
"Mama bawain banyak banget makanan," Seungkwan mengangkat tangan kirinya, menunjukkan padaku satu travel bag besar dan juga kotak bekal raksasa. "Makan di flat-mu?"
"Hm?"
"Di tempatku kejauhan. Di mana aja lah ya?" Seungkwan tertawa sebelum melepas gandengannya untuk membuka pintu taksi. "Pasti flat-mu berantakan. Apa harus aku yang bersihin?"
"Ooh–no." Aku tertawa sementara Seungkwan menyusul masuk dan menyebutkan alamat kampus kami pada driver. "Eh, is it okay to bring your travel bag and this fucking large lunch box?"
"Did you just curs–"
"Iya, iya, maaf." Aku menutup mulut menahan tawa karena Seungkwan baru saja memelototiku–siap mengomel seperti biasa. "Tapi ini nggak balik dulu ke tempatmu serius? Maksudku, kelas kita masih satu jam lagi?"
"Yea, kita makan di taman fakultas," Seungkwan mengedip. "Anggap aja pesta kebun."
"Seungkwan, are you sure? I mean–"
"Yea, why not?"
_____
Pesta kebun.
Can you–ya, bayangkan betapa awkward menggelar pesta kebun di taman fakultas yang luasnya nggak seberapa. Mahasiswa lain membuka buku dan notebook mereka sementara Seungkwan baru saja menggelar kain untuk duduk dan membuka kotak makan raksasa yang dibawanya.
Kotak makan kayu bertingkat yang isinya benar-benar menggugah selera. Mama Boo benar-benar yang terbaik!
"It's been a long time–woohoo!" Aku berseru begitu melihat selusin kimbap di kotak paling atas. Tanganku bergerak, berniat mencomot satu sebelum Seungkwan menepisnya–galak. "Apa? Aku lapar."
"Tanganmu kotor. Tadi naik bus dari flat sampai bandara. Tepuk-tepuk jok taksi juga selama perjalanan ke sini. Cuci tangan dulu."
"Hadoh–males jalan ke wastafel." Aku memberengut. "Gendong?"
"Ish–nih," Seungkwan merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan gel pembersih tangan, menuangkan sedikit ke telapak kirinya sebelum mengulurkannya padaku. "Pakai ini. Makanya, dibiasain ber–ini kenapa diplester?"
Aku tanpa sadar baru saja menodongkan tangan ke arah Seungkwan saat meminta gel pembersih tangan–tanpa sengaja mengekspos bekas luka di pergelangan tangan. Padahal plesternya sudah transparan–huhu.
"Oh, kegores." Aku buru-buru menarik kembali tanganku dan menggosokkan dua telapaknya untuk meratakan gel pembersih tangan. "Siniin kimbapnya."
"Kegores atau digores?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine 2.0
FanfictionBook 2 of SEVENTEEN IMAGINE contains: 1. Hoshi's story - Workaholic [✅] Kwon Soonyoung, head of choreography department, love to dance and spending almost 24/7 in the office. Problem is coming when he started to cheat on his wife with his co-worker...