Hoshi - Workaholic [7]

9.3K 1.1K 63
                                    

Aku duduk santai menonton televisi di ruang tengah sembari menikmati satu toples kacang almond—menunggu pesanan chinese foodku yang nggak kunjung datang. Sesekali melirik handphone berharap Soonyoung memberi kabar—mustahil. Dia pasti sedang diceramahi panjang lebar oleh Jihoon dan CEO perusahaannya, dan sibuk memikirkan cara supaya lepas dari Eunjin.

Layar televisiku baru saja menampilkan si tampan Hwang Minhyun dari boygrup NU'EST yang menyanyikan lagu Daybreak bersama Jonghyun saat bel apartemen berbunyi. Aku buru-buru melompat dari sofa dan menghampiri pintu.

"Atas nama Kwon Soonyoung? Satu porsi kwetiau goreng dan japchae rebus."

Mataku yang sejak tadi menatap tas plastik berisi kwetiau goreng dan japchae rebus otomatis beralih ke atas saat mendengar suara barusan. Familier!

"Halo, Cantik. Tumben pesan makan di luar."

"Astaga, kamu ngapain di sini sih, Ten!" seruku antusias—yang berdiri di depanku sekarang adalah Ten Chittapon, satu dari sedikit teman dekatku. Terlampau bahagia, aku sampai bersemangat memeluknya. "Sini masuk."

Ten ketawa, melepas sepatunya dan masuk ke dalam apartemenku. "Aku ketemu tukang delivery ini di unit sebelah. Pas aku tanya, dia mau nganter ini ke unitmu. Karena aku mau ke sini, sekalian aja aku ambil makanannya. Kamu baik?"

Aku mengangkat bahu. Baik, sih. At least mending daripada tadi. "Aku baik. Bentar ya, aku ambil wadah buat ini. Soonyoung nggak di rumah, nanti japchaenya kamu makan aja."

Ten tengah mengambil alih toples kacang almond saat aku kembali ke ruang tengah. Dia menerima wadah dari tanganku dan membuka makananku di atas meja.

"Aku lagi free hari ini dan kebetulan lihat berita. Hm—sebenernya akun gosip, bukan berita. I need to check you out. Seneng lihat kamu baik-baik aja."

Aku senyum. "Aku nggak baik sih, sebenernya. But, everything is gonna be okay. Good news! Kamu bakal jadi paman dalam waktu kurang dari setahun!"

"Kamu hamil?"

"Yep," kataku sambil mengambil alih piring kwetiau goreng. "Masih baru sih, kayaknya. Aku belum sempet cek ke dokter juga."

"Soonyoung pergi ke mana? Kantor?"

"Iya. Kayaknya dia lagi dimarahin sama bosnya." Aku mengaduk kwetiau di hadapanku, sebelum mengangkatnya dan membawa ke depan mulut Ten. "A, cobain. Enak ini."

Ten ketawa, meski akhirnya dia juga membuka mulut dan mengunyah kwetiau goreng dari tanganku. "Hei, kamu punya aku sama Doyoung kalau butuh temen cerita dari sudut pandang cowok."

"So sudden," kataku sambil mengunyah makananku. "Nanti aku cerita kalau ada apa-apa lagi. Tapi kuharap nggak ada."

"You deserve to be happy."

"I'm trying to be happy, Ten. Udah, dimakan dong. Nanti kalau udah dingin dan airnya habis nggak enak itu japchaenya."

"Okay, okay, I'm eating."

Aku nggak dalam mood yang bagus untuk curhat masalah Soonyoung. Aku senang Ten mau paham. Dia dan Doyoung memang udah kuanggap sebagai saudara laki-lakiku sendiri dan mereka selalu menjalankan perannya dengan baik.
_____

Kurasa waktu menunjukkan sekitar pukul dua dini hari saat seseorang merangkak ke atas tempat tidur dan melingkarkan tangannya di pinggangku.

"Soonyoung—"

"Tidur aja," bisiknya pelan. "Besok pagi kalau mau ngobrol. Aku capek banget."

Suaranya pelan, lemah. Aku nggak bisa berbalik karena dia berada tepat di belakangku. Jadi, aku cuma bisa mengusap tangannya lembut sampai aku kembali tidur.
_____

Kecupan bertubi-tubi mendarat bergantian di kedua mataku, memaksaku bangun meskipun rasanya masih ngantuk berat. Aku membuka mata dan menemukan Soonyoung di atasku, tersenyum tipis tapi wajahnya kelihatan luar biasa lelah.

"Ngapain kamu di situ?" tanyaku dengan suara khas bangun tidur—serak.

"Bangunin kamu," jawabnya sebelum mencium pipiku dan berguling ke samping, memelukku lagi. "Ke dokter hari ini?"

"Kamu nggak kerja?"

"Take a long break." Soonyoung melepaskan pelukannya, aku bisa berpaling ke kanan—menatapnya. "Semalam sekalian transfer tugas. Aku cuti satu bulan."

"Wow. Kamu bisa cuti selama itu? Workaholic kayak kamu?"

"Yea, buatmu apa sih yang enggak."

Aku ketawa. Soonyoung baru saja kembali dengan gombalannya—hatiku rasanya mau meledak saking bahagianya.

"Kamu pulang jam berapa tadi malam?"

"Satu," jawabnya. "Minum bentar di ruang tengah sebelum masuk kamar dan nggak sengaja bangunin kamu."

"Oh."

"Hei." Soonyoung meraih daguku, aku jadi menatap ke dalam matanya. "Ayo liburan sama aku berdua—eh, bertiga. Ada adek sekarang."

"Nggak mau capek," tolakku sambil menyingkirkan tangannya. "Aku pengin tiduran kayak gini terus sepanjang hari."

"Plin-plan." Soonyoung ketawa pelan. "Kemarin katanya bosen di rumah terus?"

"Ya kalo sekarang kan ada kamu."

"Ya udah, mandi gih. Biar wangi."

"Wangi biar apa? Biar kamu tambah sayang dan nggak cari perempuan lain?"

Soonyoung yang udah duduk di pinggiran tempat tidur mendadak berhenti. Dia menoleh, menatapku sebentar sebelum tersenyum getir.

Wow, mulutku luar biasa juga ya kadang. Bisa ngomong tanpa persetujuan hatiku.
_____

Short chapter (700+words, biasanya 1300-an). Gatau, pengin nambahin aja. Hahaha. Enjoy it.

MESKIPUN BEGITU—ada spoiler bertebaran di chapter ini yang akan ambil peran besar di chapter-chapter selanjutnya. Silakan menebak-nebak :p

Triple lho ini. Baik kan aku? Ya iyalah, calon istrinya Seungcheol :) —HAHAHA, HALU LEVEL DEWI.

Seventeen Imagine 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang