Hansol adalah tipikal cowok yang to the point, nggak begitu suka basa-basi dan cenderung ... polos. Maksud gue, dia selalu menganggap apa yang gue katakan adalah pure sebuah kejujuran, murni apa yang gue mau, dan dia akan dengan senang hati mewujudkannya. Kalian nggak akan cocok sama dia kalau masih suka tebar kode dan berharap dia menerjemahkan sebaliknya, kemudian ngomel-ngomel dalam hati dan menganggap Hansol nggak peka.
Kalian mungkin kaget, marah, bahkan bisa sampai nangis seminggu penuh kalau bilang minta diturunin dan dia bener-bener berhenti–tapi gue nggak. Gue udah nggak kaget lagi waktu Hansol minggir, menepi ke bahu jalan dan membuka kunci pintu mobil sebelah kiri–membiarkan gue melompat turun. Hansol ikut turun dan menunggu di samping gue tanpa sepatah kata pun sampai sebuah taksi menghampiri dan gue masuk dari pintu belakang. Hansol berjalan memutar melewati bagian depan taksi dan mengobrol dengan supirnya. Dia menyebutkan alamat asrama tempat gue tinggal dan mengulurkan beberapa lembar uang. Gue kesal tapi nggak memprotes karena sejujurnya, gue juga lupa belum ambil uang. Dompet gue ... nyaris kosong setelah jajan di kampus dan beli biji-bijian buat merpati di taman kampus.
Selesai 'mengobrol' dengan Hansol, supir taksi tadi menutup jendela di sebelah kanannya dan melajukan kendaraannya ke arah asrama. Gue melongok sedikit, melihat dari kaca spion dan menemukan mobil Hansol masih mengikuti di belakang seperti yang gue duga. Kejadian seperti ini nggak cuma satu atau dua kali, pernah terjadi berkali-kali selama tiga tahun bareng Hansol.
Awalnya, ya gue jelas marah. Kesal setengah mampus waktu asal ngomong minta diturunin di pinggir jalan dan Hansol benar-benar berhenti. Nggak sampai nangis, tapi ribut maksimal di pinggir jalan. Untung udah malam dan lumayan sepi jadi nggak mengundang massa mendekat. Malam itu, gue masih ingat, Hansol bilang begini:
"Lo kan tadi minta turun? Gue pikir lo benar-benar nggak mau ada di dalam mobil yang sama kayak gue dan sekesal itu sama gue. Jadi, gue turunin di sini biar lo bisa bernapas lega. Gue akan tungguin sampai lo tenang atau kalau lo mau lanjut naik taksi, gue ikutin di belakangnya."
Gue balik meleleh lagi deh habis itu.
Tapi siang ini mood gue benar-benar nggak sebagus itu. Hansol juga nggak ngomong apa-apa yang bisa bikin gue meleleh atau seenggaknya merasa lebih baik. Gue rasa dia ada masalah, entah soal pekerjaan atau soal mantan pacarnya yang sekarang udah jadi istri orang. Tapi, dia nggak bilang, dan gue nggak dalam masa menjadi pendengar yang baik. Daripada berujung emosi nggak jelas rasanya memang lebih baik gue diam.
Ting.
Ponsel gue bunyi dan satu pesan baru dari aplikasi Line muncul memenuhi layar. Iya, gue pakai fitur pop up message khusus Line biar nggak ada lagi pesan-pesan yang ke-skip karena jarang gue buka aplikasinya. Tumben juga ada yang ngechat gue lewat Line. Manusia mana nih?
Setengah hati, gue mengangkat ponsel lebih dekat dan mata gue membulat melihat display name sekaligus display picture-nya.
Mark Lee
Dari tadi gue ngerasa kalau lo familiar.
Gue benar, kita pasti pernah ketemu di acara khusus penerima beasiswa karena gue menemukan wajah lo ada di dalam grup hehe.
Jadi, nama lo sama kayak yang ada di display name kan?
Atau ini akun roleplay? Hahaha.
2.19pm readPusing gue. Tapi chat yang masuk dari Mark barusan cukup menghibur apalagi kalimat terakhirnya. Roleplay? Lucu. Ngapain juga gue main roleplay dan pakai akunnya buat gabung di grup penerima beasiswa.
Nama asli gue Kim Kardashian.
Hahaha, iya Mark, yang ada di display itu nama asli gue.
Lo anak beasiswa juga?
2.21pm readMark Lee
Iya, tapi baru semester kemarin sih.
Abis menangin DIP dan pengajuan baru dapet.
2.22pm readDIP?
2.23pm read
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine 2.0
FanficBook 2 of SEVENTEEN IMAGINE contains: 1. Hoshi's story - Workaholic [✅] Kwon Soonyoung, head of choreography department, love to dance and spending almost 24/7 in the office. Problem is coming when he started to cheat on his wife with his co-worker...