Woozi - Bittersweet [Epilog Pt.1]

4.8K 620 152
                                    

"Soonyoung, aku ke Agust D dulu ya. Mau ketemu Jeon Wonwoo," pamitku pada Kwon Soonyoung yang tengah sibuk mencoret kertas dengan formasi dance. "Tadi dia telpon, katanya butuh bantuan buat b-side track album baru Revel."

"Oh, ya. Titip salam buat Min Yoongi CEO-nim."

"Aku nggak kenal."

"Dia CEO Agust D, bodoh."

"Aku tahu. Maksudku, aku nggak kenal dia secara personal. Jadi, aku nggak mungkin tiba-tiba ke sana dan bilang kalau dia dapat salam dari kamu, Kwon Soonyoung—koreografernya Pledis Entertainment."

"Calon kakak iparnya Jeon Wonwoo dia itu. Lagian perusahaan kita kan anak perusahaan dia. Tahu lah, pasti."

"Oh. Ya nanti," kataku sembari berdiri dari kursi dan berjalan ke pintu. "Omong-omong, hari ini trainee baru pada masuk."

"Udah masuk." Soonyoung meletakkan spidolnya dan mendongak. "Cepet pergi dan buruan balik. Ada yang mau aku tunjukkin ke kamu."

Aku mengangkat alis, heran. Apa yang mau Soonyoung tunjukkan padaku? Biasanya dia cuma cerita soal cewek-cewek. Paling kali ini juga seputar trainee baru yang cantik-cantik.
_____

Kebetulan yang bagus buat Soonyoung. Min Yoongi CEO-nim yang dia sebut tadi ada bersama Jeon Wonwoo waktu aku datang. Keduanya sedang ribut-ribut masalah Cheon-something. Yoongi CEO-nim sih yang ribut, Wonwoo cuma senyum-senyum.

"Aku kerjasama bareng dia buat b-side track Revel. Dari Pledis," kata Wonwoo memperkenalkanku. "Bayar dia yang banyak."

"Janji dulu sama aku bikin Cheonsa nggak ungkit-ungkit masalah nikah. Belum siap. Please, kamu dulu aja. Aku masih mau akuisisi perusahaan lain."

"Ya udah iya, gampang."

"Halo, s—siapa namanya?"

"Jihoon Lee. Woozi."

"Oh! Downpour?" Yoongi bertanya sembari mengulurkan tangannya padaku. Aku sedikit terkejut karena dia mengenaliku sebagai komposer Downpour.

Lagu itu nggak pernah dirilis secara resmi sekalipun aku sudah satu tahun di Pledis Entertainment.

"Nggak usah kaget. Aku sama bosmu dengerin lagu itu bareng-bareng sekitar satu tahun lalu. Kami rebutan, dia yang menang dan bisa rekrut kamu. Aku dapat dia." Yoongi menunjuk Wonwoo sambil memasang muka masam. "Makasih ya, udah mau bantu dia."

"O-oke."

"Aku pergi dulu."

Yoongi CEO-nim memberi salam dan aku membungkuk hormat. Sedetik setelah tubuhnya menghilang di balik pintu aku baru sadar: salam Soonyoung lupa kusampaikan.

"Duduk dulu," kata Wonwoo sembari menyeret satu kursi mendekat. "Ballad oke kan?"

"Oke." Aku mengangguk dan meraih setumpuk kertas yang kuduga sebagau draf. "Ini title tracknya kamu yang buat?"

"Iya, title track selalu aku sejak mereka debut tujuh bulan lalu. Aku produser tetap mereka—lumayan, koneksi dari Yoongi."

"Oke. Jadi, lagu yang harus kubuat nanti tentang apa?"
_____

Tentang dia ... aku masih belum bisa move on. Hari ini sudah jalan tiga tahun, tapi belum ada cewek mana pun yang bisa menggantikan dia. Terlalu unik. Dia bisa menjadi bocah yang imut dan menggemaskan di satu waktu—saat menggodaku. Bisa juga menjadi gadis dewasa yang tenang saat menghadapiku yang kala itu super sibuk. Singkatnya, dia memang istimewa.

Aku mengunjungi tempat istirahatnya satu bulan sekali—Sabtu pertama di awal bulan. Pergi ke sana juga tiap tanggal ulang tahun kami. Sesekali aku membuka galeri di laptop yang berisi video-video lucunya, juga ribuan selca yang dia ambil menggunakan handphoneku. Suaranya masih sering kudengar, dari ribuan file voice notes dalam folder media yang—untung sekali—dibuat secara otomatis oleh aplikasi Whatsapp.

Seventeen Imagine 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang