"Maafkan bila cintaku tak mungkin kupersembahkan seutuhnya—maaf bila kau terluka karena ku jatuh di dua hati."—Dua Hati, Afgan.
Aku nggak mengangkat telepon dari Green dan aku memutuskan untuk bungkam—nggak bertanya lagi pada Soonyoung tentang sesuatu yang baru saja kusadari. Sejujurnya, dia kelihatan berusaha terlalu keras—memang.Soonyoung suka dan sayang dengan pekerjaannya. Aku sering mengejeknya 'Soonworka'—kependekan dari Soonyoung workaholic karena kecintaanya pada pekerjaan. Cuti satu bulan sebenarnya terlalu ganjil—bukan Soonyoung banget.
"Sayang, kamu ngelamun terus dari tadi. Kamu mikir apa?"
Kamu.
Aku cukup mengulas senyum meski hatiku kembali sakit. Soonyoung keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe, mengeringkan rambutnya yang basah habis keramas. Dia ganteng, ya Tuhan. Kenapa juga harus mengurangi ketampanannya dengan menyakitiku?
"Udah seger?"
Aku memilih untuk membuka topik baru daripada menjawab pertanyaannya dan dia nggak keberatan. Soonyoung berjalan ke arahku, mengibaskan rambutnya sampai tetesan air menciprati wajahku.
"Biar kamu seger juga," katanya—sedetik kemudian, dia melompat ke atas tempat tidur. Menubrukku, menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecil. "Ini, selain kebanyakan bengong, kebanyakan cemberut juga."
"Aku capek, Sayang," kataku sambil mengalihkan tatapan. Aku suka Soonyoung, suka tatapannya, suka mata sipitnya, suka dia. "Padahal si adek belum seberapa gedenya tapi udah gampang capek aja akunya."
"Oh iya lupa." Soonyoung bergeser sedikit karena posisinya sebelum ini benar-benar di atasku, menubrukku, menubruk perutku, menubruk anaknya. Dia cuma bertumpu di lutut dan siku. "Sori—cantik."
"Dih, emang kamu tau dia cewek?"
"Karena kamu makin cantik pas hamil, fix aku yakin banget ini cewek."
"Teori dari mana," kataku sambil ketawa pelan, dan mendorong tubuhnya minggir. "Agak sana, jangan di atasku—berat."
"Aku udah tumpuan pakai tangan, nggak bener-bener nubruk kamu."
"Aku grogi di deketmu."
Soonyoung berguling. Ganti memindahkan kepalaku di atas lengannya. "Makin fix kalau cewek. Dia grogi karena tahu ayahnya ganteng maksimal."
"Iya, ayahnya ganteng banget sampai ibunya sayang banget." Aku merapatkan diri ke arah Soonyoung—mencium wanginya selagi bisa. "Jangan pergi ya."
"Aku nggak ke mana-mana."
"Janji?"
"Iya. Nggak akan ke mana-mana. Di sini. Sama kamu."
Seenggaknya, aku bisa sedikit bernapas lega dan tidur dengan nyaman untuk beberapa waktu ke depan.
_____"Dadaku sakit." Aku mengeluh pada Soonyoung yang sejak tiga menit lalu mengawasiku dengan tatapan khawatir. Aku baru saja memuntahkan makan malamku ke dalam wastafel dan ini pukul satu dini hari. Melelahkan dan menyakitkan. "Nyeri, Sayang."
Soonyoung mendesah. "Ke rumah sakit ya?"
Aku menggeleng. "Nggak usah, minum aja—air putih. Aku nggak mau ke rumah sakit."
"Oke, sebentar. Ini." Soonyoung mengulurkan satu gulung tisu sebelum berlari keluar dari kamar mandi. Dia masih pakai bathrobe—dan rambutnya berantakan nggak sempat dirapikan.
Aku menyalakan kran air dan mengusap sekitar mulutku—Soonyoung datang beberapa detik setelahnya. Mengulurkan satu gelas air putih yang kuhabiskan dalam beberapa tegukan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine 2.0
FanficBook 2 of SEVENTEEN IMAGINE contains: 1. Hoshi's story - Workaholic [✅] Kwon Soonyoung, head of choreography department, love to dance and spending almost 24/7 in the office. Problem is coming when he started to cheat on his wife with his co-worker...