Seungkwan - Delicate [8]

2.4K 389 38
                                    

"Liar." Aku tertawa–mengalihkan pandanganku dari Seungkwan dan mengambil potongan lain roti lapis isi daging dari kotak bekal, menggigit ujungnya sedikit. "Waktu di pasar malam katanya aku jelek kalau nangis."

"Kan memang iya." Seungkwan tertawa. "Habisnya lagunya bilang gitu–masa liriknya mau aku ganti?"

"Kalau diganti jadi apa coba?"

"Baby when you're crying you look so ugly," jawabnya santai–menggunakan nada lagu All of Me milik John Legend seperti beberapa saat lalu. Sial–kok bisa pas, sih?

"Wow kreatif," kataku sambil memukul bibir Seungkwan dengan tangan kiri yang bebas–dia mendesis kesal. "Sebenernya mau aku pukul pakai yang lain tapi baru ingat ini di kelas. Aku nggak mau famous di laman website pers mahasiswa."

"Ada gitu yang mau ngeliput?"

"Nggak, sih." Aku tertawa lagi. Seungkwan kembali menatap kertas lecek di atas mejanya dan mulai bernyanyi pelan sambil menggoreskan pensilnya. "Kayaknya nggak ada tugas bikin lagu kenapa dari kemarin sibuk nulis lirik?"

"Kan udah dibilang lagu ini buatmu."

"Ckckck–sungguh pacar yang totalitas." Aku melongok sedikit, mencoba melihat apa yang sebenarnya dia tulis dan ... gagal. Of course, Seungkwan bisa dibilang cukup cekatan. "Pelit."

"Kamu udah dikasih spoiler kok nggak tahu diri ya?"

"Ya udah maaf," kataku dengan nada menyesal yang dibuat-buat. Aku memutuskan untuk bersandar di bangku kelas dan mengeluarkan ponsel–barangkali ada posting-an baru dari salah satu akun YouTube yang ku-subscribe. Lumayan, hari ini aku datang terlalu pagi dan kelas masih bisa dibilang kosong. Hanya ada aku, Seungkwan, dan satu mahasiswa lain yang melanjutkan tidurnya di bangku paling belakang. "Oh, Seungkwan, aku pulang ke rumah minggu depan."

"Bagus. Akhirnya masalahmu selesai dan kita bisa pacaran dengan tenang," jawabnya santai–masih sibuk dengan liriknya. Aku sampai kehabisan akal untuk mengajaknya mengobrol. Sial, sial, sial, membosankan sekaliiii. Harusnya aku tidur lebih lama di flat atau mungkin jalan-jalan dulu di taman fakultas.

"Tenang gimana, sih. Kan kalau pulang lagi artinya nggak bisa bebas main."

"Ya bagus dong. Udah mau tahun terakhir kita ini. Belajar yang bener, mulai dipikirin mau ambil Tugas Akhir Skripsi atau Tugas Akhir Non-Skripsi. Bukannya main-main terus. Ya kan?"

"Kamu nggak pengin main terus sama aku?"

"Enggak."

"Ya Tuhan. Tolong bawa hamba-Mu ini terbang kembali ke flat saja." Aku mengeluh sebelum menjatuhkan kepala di atas meja dan memutar video musik Girls Generation–Gee. Kelas dimulai 30 menit lagi–huft.

"Sayang," panggil Seungkwan tepat di atas kepalaku–menusuk pipiku dengan ujung pensilnya. "Jangan ngambek, sih."

"Nggak," jawabku. "Udah lanjutin aja tuh coret-coretnya mumpung belum mulai kelas, belum banyak anak yang dateng. Aku mau tiduran aja sambil nonton YouTube. Kalau ketiduran bangunin ya."

"Nggak ngambek tapi nggak mau lihat aku."

"Males gerak nih nggak lihat apa aku lagi nontonin Yoona."

Seungkwan tertawa, menarik pensilnya dari atas pipiku, ganti memukul-mukul pelan jidatku dengan benda berbahan kayu tadi. Sakit, sih. Tapi ya sudah terserah Seungkwan. "Oke, tapi nggak boleh nyesel ya kalau aku nggak jadi ngomong."

"Ya ngomong aja, aku denger kok kan nggak pakai headset."

"Nanti malam aku tidur di flat-mu ya?"

Seventeen Imagine 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang