Yulia terdiam kala Hakim menjelaskan semua kejadian pada waktu itu. Begitupun dengan Miranti yang sudah menangis dalam diam sejak tadi.
"Ini semua bukan kesalahan kalian. Bukan salah Ayah dan Ibu mertua, dan juga bukan kesalahan Mama Yulia. Keadaan yang membuat kesalahpahaman ini semakin panjang." Ayana berujar memandang mereka bertiga satu persatu. "Ayah dan Ibu mertua akan melakukan apapun demi Mama Yulia, agar Mama Yulia bahagia. Tapi diwaktu itupun Ibu mertua tidak tahu kejadiannya akan seperti itu, ketika sahabatnya menikah dengan lelaki yang Mama Yulia cintai. Mama Yulia juga sangat menyayangi Ayah dan Ibu mertua, itu pasti. Mama Yulia pergi meninggalkan Ayah dan Ibu mertua karena ada alasannya."
Yulia mengusap air matanya. "Kamu benar, Nak. Mama memilih pergi karena takut membuat kedua kakak Mama terbebani dengan semua kejadian tidak mengenakkan itu. Harusnya pada hari itu Mama yang menikah, tapi sayang sekali pernikahan itu tak akan pernah bisa dilangsungkan."
Lazuardi dan Arinda hanya bisa diam menyimak semua ini. Arinda bahkan sudah memandang Lazuardi dengan tatapan berkaca-kaca.
"Saya juga ingin menyampaikan sesuatu. Selama ini, Mas Lazuardi tidak pernah berkeinginan untuk menduakan Mbak Arinda, sama sekali tidak. Mas Lazuardi saat itu hanya menolong saya, Mbak." Yulia bangkit dan duduk disebelah Arinda yang sudah menangis.
"Saya juga heran saat itu, mengapa Mas Lazuardi ingin menikahi saya? Mas Lazuardi hanya diam, Mbak. Tapi setelah Mas Lazuardi memberitahu segalanya, saya paham Mbak. Sebelumnya, Mas Lazuardi memergoki saya hampir saja mengakhiri hidup, tapi setelahnya saya jadi urung melakukannya. Barulah beliau datang dan langsung mengajak saya menikah. Saya tidak bisa menolak, Mbak. Dipikiran saya saat itu, bagaimana saya bisa memulai hidup baru dan punya tempat tinggal yang nyaman."
Napas Yulia tersengal, tapi ia tetap melanjutkan perkataannya. "Sampai tibalah kami di rumah ini, dan Mbak menatap kami dengan raut terkejut, saya merasa bersalah, Mbak. Tapi saya salut sama Mbak, Mbak tidak marah pada saya, tidak mencaci-maki saya. Mbak menerima saya dengan tangan terbuka. Walau saya tahu, Mbak selalu mempertanyakan alasan Mas Lazuardi menikahi saya. Percayalah, Mbak, satu-satunya perempuan yang Mas Lazuardi cintai di dalam hidupnya sekarang adalah Mbak Arinda saja."
Arinda menatap Lazuardi yang sudah menundukkan kepala, menyembunyikan air matanya juga.
"Saya tahu kebenaran itu sejak lama, Mbak. Saat malam pertama kami, saya bertanya mengapa Mas Lazuardi menikahi saya dengan mudah, dan kenapa dia sampai tega menduakan Mbak? Tapi Mas Lazuardi awalnya mengatakan, jika hubungan kalian berdua dilandasi perjodohan. Tapi, kenyataannya semakin lama, Mas Lazuardi jatuh cinta sama Mbak. Kata Mas Lazuardi, Mbak perempuan paling sabar yang pernah beliau temui. Hanya Mbak yang bisa menerima kebaikan dan kekurangan Mas Lazuardi tanpa terkecuali."
Arinda menghembuskan napas. "Apa kamu tidak mencintainya sampai kamu berbicara seperti ini?"
Lagi-lagi Yulia tersenyum. "Iya, saya mencintai Mas Lazuardi, tapi bukan sebagai seorang istri pada suaminya, melainkan cinta seorang adik kepada kakak laki-lakinya. Sampai hari itu, saya sudah tidak ingin memikirkan bagaimana mendapatkan cinta dari laki-laki lain, saya hanya mau dapat masih sayang keluarga. Saya mendapatkannya dari Mas Lazuardi dan Mbak Arinda. Semua itu lebih dari cukup, Mbak. Kejadian di masa lalu itu sudah menjadi pelajaran yang cukup menyadarkan saya."
Ayana mengusap pelan air matanya, ia memandang Davida yang menatap langit-langit rumah didalam dekapannya. Bayi lucu itu seolah ikut merasakan keheningan dan suasana haru ditengah dua keluarga itu.
Semuanya sudah menjadi begitu jelas sekarang.
Harusnya kesalahpahaman ini sudah selesai sampai disini. Kedua keluarga harus saling menjaga lagi, menjadi lebih rukun lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...