Raden merapikan setelan jasnya, lalu berjalan memasuki kantor Pak Munaf. Mereka akan mendiskusikan tentang rencana kerja mereka disana.
Sesampainya disana, Raden langsung melihat sosok Budi yang sibuk membaca beberapa dokumen penting.
Budi yang menyadari kehadiran Raden akhirnya tersenyum miring. "Wah, kamu akhirnya datang juga. Saya menunggu kami sejak tadi."
Raden meletakkan tas kerjanya di atas meja. "Mau apa lagi kamu?"
"Soal Ayana."
Tubuh Raden membeku.
"Kenapa kamu selalu membahas soal kak Ayana?!", geram Raden. Logikanya, ia tak perlu merasa marah, bukan?
Wajah Budi yang semula tersenyum, berubah tanpa ekspresi. "Saya tahu segalanya, Raden. Rumah tangga kalian tidak berjalan sebagaimana mestinya."
Raden mendelik. "Jangan sok tahu kamu!"
Budi memberi tatapan menusuk. "Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan Ayana, saya harus mencari tahu. Kalian memang menikah, suami istri yang sah dihadapan hukum dan agama, tapi kamu tidak pernah menghargainya sebagai istri!"
Raden kembali dibuat tertohok.
Budi mengeraskan rahangnya. "Ternyata memang benar informasi yang saya dapatkan selama ini. Saya jadi begitu menyesal melepas Ayana menikah dengan lelaki bejat seperti kamu! Harusnya saat dia terus menolak saya, saya harus berusaha lebih keras. Kenapa wanita sebaik dia jatuh kedalam pelukan iblis seperti kamu?"
"Jangan sama-samakan saya dengan iblis, kamu belum tentu lebih baik dari saya!", elak Raden dengan wajah tidak terima.
"Kenapa? Tersinggung, huh? Ayana wanita yang sangat baik, orang yang mengenal dia luar dan dalam akan jatuh cinta dengan kebaikannya."
"Jadi sekarang apa yang kamu mau?", tanya Raden dengan suara tak sekeras tadi.
"Saya ingin merebutnya dari kamu," kata Budi terang-terangan. "Saya akan mencintai dia seumur hidupnya. Saya akan jaga dan hargai dia."
Napas Raden langsung tercekat. Pikirannya langsung tertuju pada Ayana. Mengingat wajah lembut dan begitu sabarnya wanita itu saat merawatnya dan membereskan apapun dengan segala kebaikannya, dan bagaimana Ayana mengatasi segalanya tanpa mengeluh.
"Apa kamu merenung sekarang? Kamu takut Ayana akan saya rebut?", tanya Budi dengan wajah menantang.
Gerakan Raden terlihat tidak nyaman. Ia bahkan melonggarkan dasinya yang serasa mencekik dan membuat udara disekitarnya habis.
Raden menatap Budi dengan tatapan lemah. "Kamu sungguh mencintai Kak Ayana?"
"Sangat." Budi menjawab Raden.
Raden mengalihkan wajah.
Firasatnya mungkin akan terbukti. Ayana akan memilih berpisah dengannya. Sejujurnya, Raden sendiri tidak yakin, akankah setelah ini ia bisa menatap wajah Ayana.
"Selamat pagi Pak Budi, Pak Raden!"
Sapaan itu berhasil menyita perhatian Budi dan Raden. Keduanya kompak berdiri, menyalami kolega mereka satu persatu.
"Bisa kita mulai?", tanya Pak Munaf.
"Tunggu sebentar, Pak!"
Kini semua perhatian tertuju kepada Raden.
"Iya, Pak Raden?", tanya Pak Munaf.
"Saya ingin menyampaikan sesuatu. Jadi, Minggu depan saya dan istri saya akan menggelar resepsi pernikahan. Saya harap bapak-bapak sekalian berkenan hadir di acara bahagia kami."

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...