"Ayana!", pekik Yulia saat Ayana memaksakan dirinya bangun dari brankar. Sesekali Ayana menahan sakit disekujur tubuhnya, sebab luka cambukan yang ia terima dari orang suruhan Yordan dan Budi. Soal Budi, Ayana sungguh kecewa. Rasanya, ia tak percaya jika Budi mengetahui segalanya, bahkan dia ikut terlibat melakukan semua kejahatan itu bersama Yordan, yang merupakan saudara se-ayahnya.
Yulia meraih pelan tangan Ayana, membuat perempuan itu berbalik menatap Yulia dengan memelas. "Mama, biarkan Yana ketemu Raden, sebentar saja."
Yulia baru saja ingin menolak, tapi wajah memelas Ayana membuatnya jadi urung melakukannya. "Mama akan membantumu."
Senyum Ayana terbit, dan ia mengucapkan terima kasih pada Yulia. Yulia melingkarkan salah satu tangan Ayana tepat dibelakang lehernya, perlahan memapahnya agar bisa berjalan ke ruang rawat Raden yang tak jauh dari ruang rawatnya. Dalam hati Ayana berdoa agar Raden baik-baik saja. Kurun waktu dua hari ini, Ayana hanya bisa terbaring lemah diatas brankar. Pikirannya selalu melayang pada Raden, ia sungguh ingin tahu mengenai kondisi Raden.
Kejadian terakhir yang Ayana ingat sebelum ia jatuh ke dalam sumur tua itu, ketika dua anak buah Yordan menyeretnya, memperlakukannya dengan sangat kasar sebab pemberontakannya yang ingin menemui Raden, dan mencegah mereka memukuli Raden.
Setelahnya, peristiwa naas itu pun terjadi.
Ayana tersenyum kala ia dan Yulia sudah berdiri tepat di depan ruang rawat Raden. Tangannya perlahan mendorong pintu ruang rawat yang memang sedikit terbuka.
Pemandangan pertama yang menyambut Ayana adalah sosok Erin, yang duduk di kursi yang berdekatan dengan brankar milik Raden. Keduanya bahkan tertawa bersama. Erin pun nampak menyuapkan makanan pada Raden.
Ayana tersenyum tipis memandangi itu. Ia tahu jawaban untuk setiap pertanyaannya selama ini.
Iya, Raden merasa bersalah padanya, dan Ayana pun merasa bersalah pada Raden.
Raden menyesali perbuatannya pada Ayana, tapi bukan berarti pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu mencintainya, kan? Mungkin Ayana saja yang besar kepala selama ini, mungkin saja Raden mengatakan hal itu sebab panik, dan takut Ayana tak memaafkannya.
Yulia menatap Ayana yang tersenyum tipis memandangi Raden dan Erin disana. "Katakan jika kamu sedih, Nak. Jangan bersikap jika kamu baik-baik saja."
Ayana menghela napas, dan menoleh pada Yulia yang ada disebelahnya. "Yana tidak apa-apa kok, Ma. Yana lega melihat Raden sudah lebih baik, dan bisa makan dengan lahap. Ayo, Ma."
Yulia menuruti keinginan Ayana, dan mereka berbalik dan berjalan kembali ke ruang rawat Ayana.
Walau hatinya sakit, Ayana lega. Raden masih bisa sembuh, ia akan membiarkan Raden hidup dengan tenang, tanpa harus ada ia yang menjadi bayang-bayang pria itu. Sejak awal Raden memang harusnya bersama Erin, bukan? Ayana hanyalah sosok pendatang.
Jika banyak orang yang mengetahui kisah rumah tangganya ini, mereka sudah pasti mengatakan jika Ayana sosok perempuan yang sangat bodoh, sebab jatuh cinta pada seorang suami yang telah menyakitinya, dan berbuat tak adil padanya selama ini.
Ayana sudah mengambil keputusan.
Ia memang harus menempuh jalur perpisahan.
****
Raden yang masih memakai pakaian rumah sakitnya, bangkit dari posisi berbaringnya. Ia mengedarkan pandang ke sekeliling, ada Hakim yang tidur dengan duduk di kursi, tepat disebelah brankar Raden. Sementara Miranti tidur di sofa.
Raden merasa bersalah pada kedua orang tuanya. Keduanya pasti sangat lelah karena menjaganya beberapa hari ini.
Mata Raden menilik jam dinding di ruang rawat itu. Sudah jam 10 malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...