TwoLove | 13

688 38 6
                                    

Saat tahu jika Erin tengah membutuhkannya, tanpa berpikir panjang Raden langsung mengendarai motornya ke rumah Erin. Tidak peduli jika Deni--ayah Erin akan menghajarnya.

Napas Raden makin memburu kala tiba tepat di depan rumah Erin. Ia segera memarkirkan motornya, dan melenggang ke arah pintu rumah Erin.

Tangan Raden terangkat mengetuk pintu rumah Erin dengan gerakan tak sabar.

"Erin!!" Raden terus mengetuk pintu rumah Erin. Tak ada lagi yang lebih Raden cemaskan selain keadaan Erin. Entah ia akan berakhir babak belur di tangan Deni dan anak buahnya, Raden tak peduli.

Cklek!

Pintu rumah Erin terbuka, menampilkan sosok Erin yang sudah sangat kacau, matanya sembab, bekas air mata masih membentuk jejak di kedua pipi Erin.

"Raden..." Gadis itu langsung memeluk tubuh Raden.

"Jangan nangis, aku ada disini."

Pelukan keduanya terurai, lalu Erin membawa Raden memasuki rumahnya.

"Kamu kenapa nangis? Cerita sama aku," desak Raden setelah mereka berdua duduk bersisian di salah satu sofa ruang tamu.

Erin langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Bahunya bergetar. "Aku udah kotor, Raden..."

"Maksud kamu apa bilang begitu?" Raden bertanya dengan nada dingin yang menusuk, hingga Erin tak kuasa menahan tangisnya.

"M-mas Yordan...dia..."

Napas Raden tercekat saat Erin menyebut nama Yordan. "Dia apain kamu?!"

Tangis Erin semakin keras, membuat rahang Raden mengeras. "Erin?" Raden berusaha mengendalikan emosi, apalagi fakta tentang Yordan yang menjadi alasan Erin nampak kacau.

Erin pun kembali mendekap Raden, dan mulai menceritakan semuanya.

Erin berjalan seorang diri di sekitar rumahnya. Sebenarnya sore ini ia hanya ingin membeli eskrim saja. Meskipun sebentar lagi hujan deras, Erin akan tetap membeli es krim.

Erin melangkah begitu ringan, seolah ia tidak memiliki beban di kedua pundaknya. Pikirannya dipenuhi oleh Raden. Pemuda itu sudah begitu lama mengisi hatinya, dan Erin tidak pernah merasa bosan jika memikirkan Raden.

"Erin!"

Tubuh Erin berbalik perlahan. Ia mengerutkan dahi dengan gestur tidak nyaman kala Yordan, berjalan mendekat ke arahnya.

"Mau kemana?", tanya Yordan dengan pembawaannya, seperti biasa, ramah dan begitu lembut.

"Mau beli es krim," jawab Erin dengan wajah tidak minat.

Yordan menggulum senyumnya. "Aku anterin, yah? Kebetulan juga mobilku terparkir tidak jauh dari sini. Sebentar lagi hujan."

Erin mendengus. Ia jengah berada dekat pria dihadapannya itu.

"Aku mohon, Rin, kali ini aja. Setelah itu, aku nggak bakalan ganggu kamu lagi. Anggap saja ini bentuk permintaan maaf kecilku atas sikap-sikapku ke kamu dan kekasihmu selama ini. Ya?"

Melihat kesungguhan dimata Yordan, Erin akhirnya mengiyakan ajakan pria itu.

Keduanya melangkah ke arah mobil Yordan yang terparkir tidak jauh dari lokasi mereka berdiri saat itu. Yordan tanpa banyak bicara langsung membukakan pintu mobil untuk Erin, yang dibalas dengan gunakan terima kasih oleh gadis itu. Yordan mengitari mobil dan duduk di kursi kemudi.

Mobil pun kini berjalan.

"Bagaimana hubungan kamu sama Raden sekarang?", tanya Yordan dengan nada riang.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang