TwoLove | 73

1.1K 88 7
                                    

"Lina!"

Deni melangkah dengan wajah tidak tenang memasuki rumah. Erin mengikuti langkah ayahnya dengan harap-harap cemas. Soal rahasia yang dimaksud Budi di pengadilan, Erin sudah tahu. Rahasia itu tentang identitasnya, yang bukan putri kandung Deni.

"LINA!" Kali ini, Deni memanggil lebih keras, tak peduli suaranya itu terdengar sampai luar rumahnya. Ia sungguh geram. Perilaku istrinya yang menyembunyikan rencana tindak percobaan pembunuhan itu sungguh keterlaluan.

"Ayah, tenanglah," kata Erin mengusap pelan pundak Deni, berharap itu bisa sedikit menenangkan Deni.

Lina pun muncul dan menuruni anak tangga. "Ada apa, Mas? Tadi aku di kamar mandi."

Deni melangkah cepat, dan ia menarik kasar tangan Lina, membuat wanita paruh baya itu memekik kesakitan akibat ulah Deni.

"Mas! Ada apa ini?"

Deni meraih sebuah guci kecil, dan membantingnya tepat dihadapan Lina, membuat Lina dan Erin memekik karena ulah Deni. "Kamu masih tanya, 'ada apa'? Apa kamu sama sekali tidak merasa bersalah dengan kelakuanmu?!"

"Mas..."

"Kamu tahu soal rencana percobaan pembunuhan yang melibatkan Yordan dan Budiarta, bukan?"

Tidak bisa Lina cegah, wajahnya menunjukkan raut syok yang begitu kentara. Tubuhnya menegang, bersamaan dengan tangannya yang dicengkeram kuat lagi oleh Deni. "Tanpa memberi jawabannya, saya sudah bisa melihat semua itu dari sorot takut dikedua matamu. Kenapa kamu tega melakukan ini? Nyawa anak kita terancam, dan bisa-bisanya kamu diam dan tidak membantunya membebaskan diri dari kedua penjahat itu, hanya karena menutupi rahasiamu."

"Mas, dengarkan aku. Mereka mengancamku. Aku takut." Lina berusaha membuat segalanya menjadi terlihat jujur, sayangnya Deni kembali menyergah.

"Saya sudah tahu semua rahasia kamu, Lina! Termasuk jika Erin bukan anak kandung saya."

Dunia Lina serasa runtuh detik itu juga. Dengan segala kemarahan Deni, kekecewaan yang nampak diwajah Deni, memperjelas jika suaminya itu sudah begitu muak dengan segala tindak tanduknya selam ini. "Darimana mas tahu? Apa Yordan dan Budi yang memberitahu Mas?"

"Sama sekali tidak. Justru saya sudah tahu sejak dua puluh tiga tahun yang lalu, saat Erin beberapa waktu baru saja dilahirkan." Deni tersenyum miring. "Kamu pikir, saya bisa kamu tipu selama ini? Saya sudah tidak percaya dengan kamu, Lina. Saya tidak yakin jika malam itu, sebelum pernikahan saya dengan Yulia, saya melakukan sesuatu dengan kamu. Untuk itulah, saya melakukan tes DNA sembunyi-sembunyi, dan setelah tahu hasilnya pun, saya tidak syok sama sekali."

Kali ini, Lina merasa riwayatnya akan tamat. Sementara Erin sudah menunduk takut dibelakang Deni.

"Tapi kamu tahu kenapa saya tetap menikahi kamu, dan tidak bersikeras kembali pada Yulia sekalipun saya menginginkannya? Karena saya punya masalah, saya mandul, dan tidak bisa memberi keturunan. Untuk itulah, saat saya melihat Erin, naluri saya sebagai seorang Ayah hadir begitu saja. Saya tidak mau Erin hidup dan besar ditangan wanita seperti kamu. Maka saya sendiri yang akan berdiri di baris terdepan, demi melindungi Erin, putri saya."

Di luar dugaan, Deni mengatakan hal yang membawa perasaan lega luar biasa bagi Erin dan juga Lina. Tapi hal itu tak berlangsung lama bagi Lina, sebab kalimat Deni selanjutnya sungguh mematahkan hatinya.

"Saya akan menceraikan kamu, dan untuk semua itu, saya akan antarkan kamu ke rumah ayah dan ibumu." Deni menarik tangan Erin, membawanya pergi dari hadapan Lina.

"MAS, KAMU TIDAK BISA MELAKUKAN INI PADA SAYA! ERIN JUGA ANAK SAYA!!!! MAS!!!"

Lina menjerit meraung-raung, tapi Deni tak peduli.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang