TwoLove | 24

529 37 6
                                    

"Ja...jadi kamu akan menikah dengan perempuan pilihan ayahmu?"

Erin tidak kuasa menahan kesedihannya kala Raden dan juga Miranti memberitahunya perihal pernikahan Raden yang akan digelar tak kurang dari sebulan lagi. Bahkan, Hakim turun tangan langsung untuk menyiapkan segalanya. Fakta itu justru membuat hati Erin terasa begitu sakit. Mengingat bagaimana Hakim begitu menentang hubungannya dengan Raden, dan disisi lain sebegitu mudahnya bagi Hakim untuk membiarkan perempuan itu hadir  untuk menikah dengan Raden.

Sampai detik ini, Erin tidak tahu apa salahnya sampai Hakim tidak begitu suka padanya. Erin sempat berpikir, penyebab Hakim tak senang dengan hubungannya dengan Raden sebab Hakim dan Deni--ayahnya adalah rival bisnis.

Tapi setelah Erin pikir, rasa benci itu tak mungkin hanya ada karena sekadar urusan bisnis. Permasalahan itu bahkan bisa begitu besar dibandingkan urusan bisnis.

Dan itulah yang tidak Erin ketahui.

"Maafin aku, Rin." Raden berujar dengan wajah bersalah. Miranti yang melihat pemandangan itu ikut merasa sesak.

Karena ia sebenarnya tahu bagaimana Raden dan Erin menjalani 11 tahun hubungan mereka itu, walau beberapa kali putus lalu hubungan itu kembali terjalin. Miranti bisa melihat bagaimana Raden begitu menyayangi Erin, begitupun sebaliknya.

"Kamu jangan sedih, Erin. Karena sebenarnya Raden punya rencana untuk kelangsungan hubungan kalian berdua," jelas Miranti. Kini Erin menatapnya lurus.

"Apa? Tapi bagaimana? Takutnya ini akan tambah menyakitkan buat Erin." Erin menghela napas. Rasa sedihnya semakin bertambah besar.

"Urusan itu biar aku yang pikirkan. Kamu hanya perlu ikuti aku." Raden memberi sorot lembut pada Erin, mengusap kepala kekasihnya itu.

"Apa rencanamu?" Erin bertanya.

Raden pun menjelaskan semua pada Erin dan Miranti yang juga belum sepenuhnya tahu perihal rencana Raden. Kedua wanita itu nampak terkejut mendengar penuturan Raden. Tapi, Raden berusaha meyakinkan keduanya. Hingga keduanya mengangguk setuju, tak ada kuasa untuk menolak.

***

Ayana tinggal menghitung hari untuk pernikahannya dengan Raden. Tak genap sebulan lagi. Segala sesuatu sudah dipersiapkan sejak sekarang.

Terlalu asyik dengan pemikirannya, Ayana tidak sadar jika Ila melihatnya sejak tadi.

"Yana!"

"Eh, iya??"

Ayana mengerjapkan kedua matanya perlahan. Ia memberi senyum tipis pada Ila.

Kebetulan, Ayana memang ke.rumah Ila hari ini. Sebenarnya, ia sudah ingin kesini sejak kemarin untuk menjemput anaknya Dania. Tapi, Ila masih ingin jika anak Dania berada di rumahnya. Kata Ila, Musa pun sangat sayang pada anaknya Dania. Jadilah Ayana membiarkan anak Dania berada di rumah Ila dan Musa.

Tiba-tiba wajah Ila nampak murung. "Kamu beneran udah mau bawa dia pulang? Padahal aku masih mau anaknya Dania ada disini," rengek Ila menunjuk-nunjuk bayi Dania yang sudah ada digendongan Ayana.

"Kan kamu bisa ke rumah buat main sama dia. Lagipula, anak ini akan tinggal di rumahku."

Ila mengerutkan kening. "Loh, emangnya Dania sama Yordan pergi kemana? Kok anaknya dititip sama kamu? Waktu itu kamu juga kesini, sendirian. Hujan-hujanan." Kedua mata Ila memicing. "Apa ada sesuatu yang terjadi? Kamu sembunyiin apa dari aku?"

Ayana menunduk, menatap lekat wajah anak Dania. "Memang ada sesuatu yang terjadi, Ila."

Kedua mata Ila membulat. "Apa, Ayana? Jelasin sama aku," desak Ila dengan wajah terlihat khawatir.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang