TwoLove | 32

743 56 11
                                    

Pagi hari pun menyapa.

Erin membuka kedua matanya, dan senyumnya mengembang kala melihat Raden masih tidur disebelahnya, tubuhnya berbalut selimut tebal.

Erin mendekatkan wajahnya pada Raden, mengecup pipi suaminya sejenak, tapi karena hal itu Raden perlahan membuka kedua matanya.

"Eungh...," lenguhnya saat sinar matahari yang menembus gorden kini berhasil membuatnya sedikit silau.

Kedua kelopak mata Raden perlahan terbuka, senyumnya mengembang saat yang ia lihat pertama kali kala ia membuka mata adalah Erin, istri yang sangat dia cintai.

Ia mengelus pipi Erin. "Pagi," katanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Pagi juga," balas Erin dengan sangat lembut.

"Sekarang sudah jam berapa?", tanya Raden.

Erin menoleh, dan memandangi jam dinding berwarna putih itu. "Sudah jam 8 pagi."

"Astaga...," gumam Raden.

Dengan cepat lelaki itu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, memungut asal pakaiannya. "Erin, tolong ambilkan handuk," kata Raden yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Erin mengangguk. Ia ikut turun dari atas tempat tidur, ikut memungut pakaiannya, dan membalut tubuhnya dengan selimut. Ia mengambil handuk milik Raden dan membawanya ke kamar mandi.

"Ini handuknya," kata Erin lalu menyerahkan handuk itu pada Raden. "Kamu mau kemana memangnya?"

"Mau ke pabrik, aku juga harus kembali ke rumah," tutur Raden.

Wajah Erin langsung nampak murung. "Itu artinya aku harus menahan keinginanku untuk ketemu sama kamu."

Raden mendekat. Ia melingkarkan tangannya tepat dipinggang Erin. Menatap perempuan itu dengan tatapan penuh arti. "Tidak usah sedih. Akan ada waktunya aku akan membawamu pergi ke rumahku, dan bilang pada Ayahku kalau kamu adalah istriku."

Kepala Erin mengangguk.

"Yasudah, aku keluar dulu."

Raden melepas tangannya dari pinggang Erin, membiarkan istrinya itu keluar.

Erin yang baru saja keluar dari kamar mandi tak henti tersenyum. Perlahan ia mendekat ke arah tempat tidur.

Matanya membulat kala melihat sesuatu di sprei. Pipi Erin memerah mengingat kejadian semalam.

Ternyata ia dan Raden telah melakukannya.

Dengan cepat Erin melepas sprei itu, dan memasukkannya ke keranjang pakaian kotor.

*****

Ayana menghembuskan napas. Ia khawatir dengan keadaan Hakim. Sejak semalam, Ayah mertuanya tidak makan apapun.

Tangan Ayana terangkat mengetuk pintu kamar Hakim. "Ayah, ini Ayana. Ayana bawa makanan untuk Ayah."

Perasaan Ayana diliputi cemas. Kakinya sedikit gemetar, menunggu Hakim tak kunjung membukakan pintu.

Cklek!

"Maaf Ayah, Ayana ganggu. Ini Ayana bawakan sarapan, sejak semalam ayah belum makan apapun."

Hakim merasakan perasaan bersalah saat melihat sosok Ayana. Tangannya terangkat mengusap lembut kepala Ayana. "Iya, Ayah akan makan."

Senyum Ayana mengembang. Ia membiarkan Hakim mengambil makanan yang sudah ia letakkan diatas nampan.

Hakim berjalan masuk ke kamarnya, membawa makanannya. Ayana memastikan jika sang Ayah mertua baik-baik saja, lalu setelahnya berbalik badan dab membawa nampannya.

TwoloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang