Raden melangkah masuk ke dalam kamar. Ia tidak sabar bertemu dengan Erin. Entah mengapa, sejak dulu ia mudah sekali merasa rindu, padahal mereka akan tetap bertemu saat berada di rumah.
"Raden!" Erin berlari kecil dan langsung memeluk tubuh tinggi Raden. Raden yang mendapat perlakuan seperti itu dari Erin terkekeh pelan. Tangannya mengusap pelan kepala Erin. Sejak dari awal menjalin hubungan, Raden senang sekali menghirup aroma rambut Erin. Selalu berhasil membuatnya candu.
Erin memundurkan sedikit tubuhnya, kepalanya mendongak menatap Raden. "Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Apakah semuanya lancar?"
Kepala Raden mengangguk pelan. "Lancar. Aku berhasil mendapat kerja sama dengan Pak Munaf dan beberapa rekan bisnis lainnya."
"Syukurlah. Aku senang mendengar keberhasilanmu." Erin kembali memeluk Raden.
Iya, Raden senang dengan pencapaian yang ia peroleh hari ini. Tapi disisi lain ..., ia merasa terganggu dengan kehadiran Budi.
Setelah sekian lama tak pernah melihat Budi, hari ini keduanya kembali dipertemukan. Terakhir mereka bertemu, tentunya sebelum pertemuan hari ini, adalah saat ia dan Budi melamar Ayana diwaktu bersamaan. Saat itu, lamaran Budi ditolak, dan lamaran Raden yang diterima oleh Lazuardi.
Agak miris sebenarnya jika harus mengingat itu. Ada Budi yang mencintai Ayana dengan sangat tulus, dan Raden yang menerima perjodohan karena permintaan Hakim semata.
Sekarang, Raden menduakan Ayana walau sebenarnya ia tak mencintai wanita itu, dan ada Budi yang kembali muncul, bersiap memperjuangkan Ayana kembali.
Raden tidak bisa bayangkan bagaimana usaha-usaha besar yang akan dilakukan Budi untuk mendapatkan Ayana. Tak seharusnya Raden menganggapnya serius, mengingat reputasi Budi yang sudah semakin naik akhir-akhir ini berkat eksistensinya sebagai pengusaha muda.
Akan terdengar lucu saja rasanya, jika karier dan citra Budi langsung hancur karena ia berusaha memperjuangkan wanita yang sudah resmi menjadi istri orang lain.
Tapi...melihat bagaimana Budi berucap yakin, dan tak ada sorot main-main dikedua matanya, perlahan Raden sudah bisa sedikit percaya, jika suatu saat Budi akan datang dan membawa pergi Ayana.
Erin yang sedari tadi memeluk Raden mengerutkan kening. Ia sama sekali tak mendengar suara Raden. "Kamu kenapa? Ada masalah? Ceritalah sama aku."
"Tidak ada Erin. Aku tidak apa-apa," dusta Raden.
Erin berusaha untuk percaya.
Tak lama kemudian, Erin memekik kecil kala Raden mendekap tubuhnya, dan membawanya duduk diatas meja kerjanya.
"Ih, kamu ngagetin!", kata Erin memukul pelan pundak Raden.
Raden tak menanggapi banyak. Ia hanya bisa menatap Erin dengan tatapan memuja. Erin pun demikian. Raden yang sudah menjadi suaminya pun semakin hari semakin terlihat menakjubkan. Mengingat Raden saat mereka di SMP, dan memutuskan menjalin hubungan, begitu berbeda dengan sosok yang sekarang. Raden semakin dewasa dan makin tampan.
Tangan Erin bergerak naik, dan melingkar tepat di leher Raden. Raden dan Erin perlahan mendekatkan wajah mereka, hingga ujung hidung mereka bersentuhan. Wajah mereka semakin dekat.
"Maaf!"
Erin dan Raden kompak menjauhkan wajah mereka. Ayana langsung berbalik badan, tak ingin melihat apa yang akan terjadi setelahnya.
"Maaf saya lancang. Saya sudah mengetuk pintu dua kali, tapi tak ada yang membukakan. Jadi saya buka saja pintunya." Ayana menghembuskan napas panjang.
Erin perlahan turun dari meja kerja Raden. Ia menatap sosok Ayana yang memunggungi mereka. "Ada apa yah, mbak?"
"Kalian berdua dipanggil ayah mertua." Ayana menghela napas. "Saya permisi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Twolove
RomanceTentang Ayana. Dengan segala kebodohan, ketidaktegasan, dan ketidakberdayaannya. Menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua, karena takut anak perempuan mereka akan tetap perawan di usia tua sudah bukan hal yang mencengangkan lagi. Ayana Gayatri...